Kebutuhan atau permintaan terhadap lele tidak pernah surut, bahkan cenderung meningkat setiap tahun. Boleh dibilang, produksi yang ada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar. Untuk wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok saja, setiap hari membutuhkan sekitar 75 ton lele konsumsi.
Tingkat konsumsi lele nasional pada tahun 2003 meningkat 18.3%, yakni dari 24.991 ton/tahun menjadi 57.740 ton/tahun. Revitalisasi lele sampai akhir tahun 2009 menargetkan produksi sejumlah 175 ton atau meningkat rata-rata 21.64% per tahun. Sementara itu, permintaan benih lele juga terus meningkat dari 156 juta ekor pada tahun 1999 menjadi 360 juta ekor pada tahun 2003 atau meningkat rata-rata sebesar 46% per tahun. Kebutuhan benih lele hingga akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai 1.95 miliar ekor.
Dari uraian di atas, bisa dibayangkan betapa besarnya kebutuhan dan permintaan lele, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Situasi ini merupakan suatu indikasi dan peluang baik bagi siapa pun yang ingin meramaikan khasanah usaha budi daya lele di negeri ini.
Pemasaran lele tidaklah sulit. Umumnya, lele akan dibeli oleh pengumpul atau pembeli keliling yang biasa mencari lele. Bagi pembudidaya besar, mereka biasanya sudah memunyai langganan atau pembeli tetap. Namun, bagi pembudidaya kecil atau pemula biasanya menghadapi kesulitan dalam pemasaran. Namun, Anda tidak boleh pasrah begitu saja.
Banyak cara yang bisa dilakukan agar lele hasil budi daya Anda bisa dipasarkan. Misalnya, langsung memasarkan sendiri dengan cara menitipkan ke warung-warung atau membuat papan pengumuman kecil bahwa Anda menjual lele dalam bentuk bibit dan lele konsumsi. Anda juga bisa membuat selebaran yang disebar atau ditempel di tempat-tempat yang mudah terlihat oleh orang banyak.
Lele tergolong ikan yang digemari masyarakat. Selain itu, harganya pun terjangkau daya beli masyarakat umum. Jadi, Anda tidak perlu khawatir lele hasil budi daya Anda tidak laku. Kemungkinan besar, malah Anda sendiri akan kebingungan menyediakan ikan lele karena banyaknya permintaan.
Berikut ini ada sekelumit kisah tentang seorang peternak lele yang sudah malang-melintang di dunia komoditas ini. Ia punya kiat sendiri memasarkan lele produksinya. Ia menyediakan fasilitas berupa drum yang diisi lele siap jual (biasanya 1 kg berisi 8—10 ekor). Selanjutnya, ia menitipkan drum tersebut ke beberapa masyarakat yang tinggal di perumahan yang berada di pinggir jalan atau di lokasi yang mudah terlihat oleh masyarakat umum. Dengan cara ini, pemilik lele dan penjual berbagi hasil dalam penghitungan keuntungan. Agar lele laris terjual, tentunya harga harus sedikit lebih murah dibandingkan dengan harga lele di pasar. Ternyata, cara ini sangat efektif, bahkan ia kewalahan melayani permintaan pembeli.
Itulah sepotong kisah yang bisa dijadikan referensi sebagai kiat dalam pemasaran lele konsumsi, terutama bagi pemula atau pembudidaya berskala kecil. Cara lainnya, dengan membentuk asosiasi sesama peternak berskala kecil di wilayah masing-masing. Selanjutnya, perkumpulan ini berkoordinasi dengan penampung atau pembeli berskala besar untuk menyalurkan atau menjual hasil budi daya lele tersebut.
Demikian penjelasan yang kami kutip dari buku Kiat Sukses Budi Daya Lele di Lahan Sempit karya Surya Gunawan. Buku ini memberikan kecukupan informasi yang memadai dalam merintis dan mengembangkan usaha budi daya lele di lahan sempit.
Buku terbitan AgroMedia Pustaka ini menjelaskan secara terperinci, mulai dari pengenalan lele, persiapan pembenihan lele, pamijahan, pemeliharaan benih, pembesaran, menangani permasalahannya, pemanenan, aspek keuntungan, tips dan rahasia sukses budi daya lele, hingga teknik menggenjot pertumbuhan lele.