TIKUS ternyata laris manis, bukan sembarang tikus namun yang berjenis putih, seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ekor serba putih sedangkan matanya merah jambu. Lantas untuk apa jenis seperti itu? Yang jelas bukan untuk konsumsi atau campuran mi ayam seperti pernah terdengar isu semacam itu beberapa tahun lalu.
’’Tikus ini sebagian besar untuk penelitian mahasiswa, dosen, dan peternak hewan reptil. Biasanya dari kalangan pendidikan yang sangat memerlukan adalah jurusan farmasi. Katanya untuk percobaan obat-obatan,’’ papar Suparna, peternak tikus putih dari Dadapan, Timbulharjo, Sewon, Bantul.
Permintaan tikus putih terakhir ini bukan semata-mata untuk penelitian tapi juga bagi penggemar hewan reptil seperti ular dan buaya. Bahkan, menurut dia, belakangan ini dirinya kewalahan memenuhi permintaan untuk pakan reptil. Dalam seminggu jumlah total permintaan berkisar 200-500 ekor.
Terpaksa dia tak dapat memenuhi semua karena prinsip bagi rata. Dia memang mencoba membagi tikus putih hasil ternakannya agar semua orang yang membutuhkan memperoleh bagian. Maklumlah, jumlah peternak masih sangat sedikit, mungkin orang merasa jijik beternak hewan pengerat itu padahal hasilnya cukup menggiurkan.
Dia mengawali ternak tikus putih belum lama, tahun 2002 lalu. Ketika itu dia mendengar informasi saat mengikuti kelompok pengajian. Salah seorang peserta memberikan tawaran ke forum siapa yang mau mencoba beternak tikus putih. Yang terdengar malah tertawa cekikikan, namun Suparna menangkapnya serius. Dia lantas mencari informasi bagaimana cara beternak dan langkah-langkah pemasarannya.
Kerja Sama ’’Awalnya indukan saya peroleh dari UGM, di sana juga beternak namun kadang-kadang kekurangan karena banyak yang memerlukannya. Sekarang pun saya juga masih menjalin kerja sama dengan kampus,’’ ungkap penyuka rokok kretek filter tersebut.
Setelah mempelajari cara beternak dan mempraktikkannya, ternyata dia dapat dengan mudah melakukannya. Semangatnya semakin terpacu dan dia terus berusaha mengembangbiakkannya. Tiap hari dia mengurusi ratusan tikus putih yang dibuatkan kadang tersendiri sebesar rumah tinggal ukuran RSS.
Dia mengembangbiakkan tikus putih dua jenis, besar dan kecil. Untuk jenis besar bisa mencapai ukuran tikus hitam yang biasa ada di rumah-rumah sedangkan jenis kecil hanya sebesar tikus pithi, orang Jawa menyebutnya demikian. Betina yang sudah siap kawin biasanya mampu melahirkan minimal 10 ekor sekali mbrojol. Malah dapat lebih sekitar 15 ekor. Dalam satu kandang dia menempatkan satu penjantan dan tiga-empat betina.
’’Ada puluhan kandang untuk kawin, tempatnya sederhana saja dari ember ceper dan diberi penutup kawat agar tikus tidak keluar. Dalam sehari pejantan dipindah dari satu kandang ke kandang lain agar ada suasana baru melihat betina lain dan jadi bergairah,’’ jelas Suparna yang meyakini perpindahan pejantan membuat proses kawin lebih cepat sehingga betina lebih produktif.
Kini, dia sudah merasa mantap berusaha yang bagi banyak orang dianggap aneh dan menjijikkan. Namun di sinilah dia menemukan rezekinya. Bayangkan, seekor tikus putih harganya Rp 12.500-Rp 20.000 tergantung besar kecilnya. Untuk pakan reptil biasanya tikus afkiran, tua, sakit, dan cacat dengan harga lebih murah.
Sumber dari :Agung PW (Suara Merdeka)