Rabu, 15 September 2010

PAKAN DAN RANSUM BABI TAMBAHAN

Pakan Ternak Babi

Babi adalah  ternak  monogastric dan bersifat prolific (banyak anak    tiap kelahiran),  pertumbuhannya  cepat  dan  dalam umur enam bulan sudah dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien dalam mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran menjadi daging oleh sebab itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin   yang tinggi (Ensminger, 1991). Contoh bahan pakan yang biasa dipakai di Papua dan NTT : daun dan ubi jalar/kayu, daun2 legum, batang dan buah pisang, cacing tanah, katak/kodok,   daun dan buah labu, buah merah, batang talas dan pepaya dimasak dulu, jambu biji, tebu,kangkung, batu kapur, abu tungku, tulang hewan/ikan.


Konsumsi Ransum

Ransum adalah makanan yang disediakan bagi ternak untuk 24 jam (Anggorodi, 1994).  Suatu ransum seimbang menyediakan semua zat makanan yang dibutuhkan untuk memberi makan ternak selama 24 jam.

Tabel 1a .  Konsumsi Ransum dan Air Minum Babi Menurut Umur / Periode

UmurFase ProduksiMacam RansumKonsumsi(kg/hari/ekor)Air minum

(l/ekor/hari)

1-4 mg

4-8 mg

8-12 mg

12-16 mg


16-20 mg

20 – di jual

Induk / Bibit

Dara (6 bln)

Jantan (6 bln)

Induk Kering

Bunting

Induk Laktasi

Jantan aktif

Susu Pengganti

Pre Starter

Starter

Grower

Grower

Finisher

Grower

Grower

Bibit


Bibit

Bibit

Bibit

0.02-0.05

0.5-0.75

1.00-1.25

1.5-2.00

2.25-2.75

2.75-3.5


1.5-2.00

1.5-2.00

2.50-3.50

2.00-2.50

3.00-4.50

2.00-2.50

0.25-0.5

0.75-2.0

2.0-3.5


3.5-4.0

4.0-5.0

5.0-7.0

6.0-8.0

6.0-8.0

7.0-9.0

7.0-9.0

15.0-20.0

7.0-9.0

Ket : Konsumsi Tergantung pada : Bentukpakan, JenisPakan,  Kandungan Ransum,

Kepadatan kandang, Suhu Lingkungan,  Stress dan Manajemen.

Konsumsi ransum sangat dipengaruhi oleh berat badan dan umur ternak.  Hafez dan Dyer (1969) menyatakan bahwa konsumsi ransum akan semakin meningkat dengan meningkatnya berat badan ternak.  Jumlah ransum yang dikonsumsi juga akan bertambah dengan bertambahnya umur ternak.


Temperatur juga dapat  mempengaruhi jumlah konsumsi ransum harian.  Pada temperatur yang tinggi ternak akan mengurangi konsumsi ransum (Devendra dan Fuller,1979).  Tingginya kandungan serat kasar dalam ransum akan  mempengaruhi daya cerna dan konsumsi ransum sekaligus mempengaruhi efisiensi penggunaan makanan (Tillman et al., 1984).

Efisiensi Penggunaan Makanan

Efisiensi penggunaan makanan merupakan pertambahan berat badan yang dihasilkan setiap satuan ransum yang dikonsumsi.  Efisiensi penggunaan makanan tergantung pada (1) kebutuhan ternak akan energi dan protein untuk pertumbuhan, hidup pokok atau fungsi lain, (2) kemampuan ternak mencerna makanan, (3) jumlah makanan yang hilang melalui proses metabolisme dan (4) tipe makanan yang dikonsumsi (Campbell dan Lasley, 1985).


Devendra dan Fuller (1979) juga menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi efisiensi penggunaan makanan adalah nutrisi, lingkungan, kesehatan ternak dan keseimbangan ransum yang diberikan.

Bogart (1977) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan makanan dapat digunakan sebagai parameter untuk seleksi terhadap ternak yang mempunyai pertambahan berat badan yang baik.

Beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun ransum babi adalah  ketersediaannya dilapangan dalam arti mudah untuk memperolehnya, Kandungan zat-zat makanan mencukupi bagi kebutuhan ternak babi, ekonomis dan efisien dalam mencerna bahan-bahan makanan yang diberikan. Kebutuhan zat makanan babi lepas sapih tergantung pada umur dan bobot badan seperti Tabel 1b (NRC.1998) .

Kandungan protein (asam-asam amino) ransum yang optimal pada ransum babi harus pula memperhatikan kandungan energinya, hal ini disebabkan karena sejumlah energi tertentu dibutuhkan per tiap gram protein dengan demikian protein dapat digunakan efisien untuk pertumbuhan, kebutuhan lisin ternak babi yang sedang tumbuh dengan berat badan 35 – 60 kg adalah 0,61% (Sihombing, 1997). Huges dan Varley, (1980) menyatakan selain kebutuhan asam amino perlu juga diperhitungkan keseimbangan  protein dan energi untuk menjaga pertumbuhan babi yang optimal.

Bila kita lihat dalam tabel 1. terlihat bahwa kebutuhan protein kasasr  bagi babi grower dan pengakhiran adalah 18 sampai dengan 13.5 % dengan energi yang dapat dicerna rata-rata 3400 Kkall.  Karena ternak Babi merupakan ternak monogastrik maka yang harus diperhatikan adalah serat kasar yang rendah (maksimum 5%) terutama pada fase pertumbuhan kecuali pada induk bisa sampai 10% maksimumnya.


Tabel 1b. Kebutuhan zat-zat makanan babi fase grower – finisher. (NRC 1988)

Zat-zat makananSatuan20-30 kg

Bobot badan

35-60 kg

Bobot badan

60-100 kg

Bobot badan

Energi dpt dicerna

Protein kasar

Asam Amino Esl :

Arginin

Fenilalanin

Histidin

Isoleusin

Leusin


Lisin

Metionin

Treonin

Triptophan

Valin

Mineral

Besi

Fosfor

Yodium


Kalium

Kalsium

Khlorin

Magnesium

Mangan

Natrium

Selenium

Tembaga

Zink


Vitamin

Vitamin A

Vitamin D

Vitamin E

Vitamin K

Kkal/kg

%

%

%


%

%

%

%

%

%

%

%

mg


%

%

%

%

%

%

mg

%

mg


mg

mg

IU

IU

IU

Mg

3.380

16

0.2


0.7

0.18

0.5

0.6

0.7

0.45

0.45

0.12

0.50


60.00

0.5

0.14

0.23

0.6

0.13

0.04

2.0

0.1


0.15

4.0

60.0

1.300

200

11

2

3.390

14.0


0.18

0.61

0.16

0.44

0.52

0.61

0.40

0.39

0.11


0.44

50

0.45

0.14

0.20

0.55

0.13

0.04

2.00


0.1

0.15

3.0

60

1.300

150

11.0

2.0

3.395

13.0

0.16

0.57

0.15

0.41

0.48

0.57

0.30

0.37


0.10

0.41

40

0.4

0.14

0.17

0.5

0.13

0.04


2.0

0.10

0.10

3.0

50.0

1.300

125

11.0

2.0

Metode Penyusunan Ransum Babi

  1. Mula-mula kita mengetahui kandungan zat-zat makanan bahan-bahan  penyusun ransum dalam keadaan kering (Tabel 2) anda dapat memperolehnya dari tabel NRC atau Tabel  Baham Makanan Aggorodi.  Bula tidak ada bahan tersebut dianalisis dahulu di laboratorium kandungannya.
  2. Kemudian buat ransum jumlahnya total 100 dari masing-masing bahan kemudian kalikan dengan kandungannya sehingga diperoleh tabel 3. Contoh jagung  jumlah dalam ransum 10% dikali kandungannya 10,5 maka jagung memberikan  1,05 PK (Protein Kasar), dan seterusnya kemudian jumlahkan protein total semua bahan adalah 14%, begitu juga untuk yang lain. Perhitungan ini dicoba terus sampai sesuai dengan kebutuhan seperti tabel 1b.

Tabel 2. Kandungan beberapa bahan pakan berasal dari limbah pertanian

No Bahan Makanan PK DE Abu Kalsium

Phospor

SK Harga/kg
1Jagung10.532502.150.2340.4142.51100
2Daun Ubi Jalar2750016.11.370.4616.2100
3Dedak Padi12298016.90.030.129700
4Ubi Jalar3.234802.650.280.233.45400
5Daun singkong24500121.540.45722100
6Tepung tulang00029.5811.6401000
7Minyak8000
8Singkong3.334003.30.260.164.15400

Tabel 3. Hasil Perhitungan beberapa bahan pakan berasal dari Limbah

Pertanian untuk Pakan Babi


Bahan Makanan Jumlah PK DE Abu Kalsium Phospor SK Harga/kg
1Jagung101.053250.2150.02340.0410.2511000
2Daun Ubi Jalar308.11504.830.4110.1384.863000
3Dedak Padi303.68945.070.0090.0362.721000
4Ubi Jalar220.7765.60.5830.06160.0510.768800
5Daun Singkong20.48100.240.03080.0090.44200
6Tepung Tulang20000.59160.23302000
7Minyak2016000000
9Ubi Kayu20.07680.0660.00520.0030.08800
Total 100 14 2373 11.004 1.1326 0.47 9.09 468

Contoh 2. Perhitungan ransum lain dengan menggunakan jagung, pollard, tepung ikan, bungkil kacang kedelai, tepung tulang, dedak padi dan minyak nabati. Komposisi zat makanan dan susunan ransum yang digunakan masing-masing diperlihatkan dibawah ini :

Komposisi Zat Makanan dan Harga*) dari Bahan Makanan yang Digunakan


Bahan MakananPK   (%)EM (kkal/kg)Lisin (%)Ca (%)P

(%)

SK (%)Harga  per kg

(Rp)

Jagung

Pollard

Dedak Padi

Tepung Ikan

B.K.Kedelai


Tepung Tulang

Minyak Nabati

10,5

15,1

12,0

52,9

47,0

-

-

3250

2320

2980

2860

2550

-

8000

0,28

0,64

0,62


3,72

2,95

-

-

0,02

0,15

0,03

3,90

0,24


29,58

-

0,30

0,72

0,12

2,85

0,81

11,64

-

2,5

7,5

9,0

0,0

5,0

-

-

1600

1100

750


1200

2500

2500

3900

Ket: PK = Protein Kasar, EM = Energi Metabolis, Ca = Kalsium, P = Posfor, SK = Serat Kasar,          *) harga pada bulan Nopember 2001.


Susunan Ransum hasil perhitungan :

Bahan dan Zat MakananR  a  n  s  u  m    P  e  r  l  a  k  u  a  n
ABCDE
ababababab
Jagung

Pollard

Dedak Padi

Tepung Ikan

B.K.Kedelai

TepungTulang

Minyak Nabati

Kandungan:

Protein Kasar (%)


EM (kkal/kg)

Lisin (%)

Kalsium (%)

Posfor (%)

Serat Kasar (%)

Harga /kg (Rp)

80

0

0


10

4

1

5

15,57

3388

0,71

0,71

0,43


2,20

1810

80

0

8

5

5

1

2


13,89

3243

0,58

0,52

0,30

2,92

1643

60

20


0

10

4

1

5

16,49

3202

0,79

0,74


0,588

3,20

1660

60

20

8

5

5

1


2

14,81

3057

0,65

0,55

0,44

3,92

1543

40

40

0

10

4

1

5

17,41

3016

0,86


0,76

0,72

4,20

1560

40

40

8

5

5


1

2

15,73

2871

0,72

0,57

0,59

4,92

1443

20

60

0

10

4

1

5

18,33

2830


0,93

0,79

0,86

5,20

1460

20

60

8

5


5

1

2

16,65

2685

0,79

0,60

0,73

5,92


1343

0

80

0

10

4

1

5

19,25


2644

1,00

0,81

1,00

6,20

1360

0

80

8


5

5

1

2

17,56

2499

0,86

0,628

0,88


6,92

1243

Contoh 3. Bahan Pakan Ternak Babi dan Perhitungannya di desa Muliama dan

Kewin Kec. Osologaima Irian Jaya yang dilaporkan oleh Batseba

No Bahan Makanan PK DE Abu Kalsium Phospor SK Harga/kg
1Ampas Tahu30.35005.10022.2200
2Daun Ubi Jalar2750016.11.370.4616.2100
3Dedak Padi12298016.90.030.129700
4Ubi Jalar3.234802.650.280.233.45500
5Daun Singkong24500121.540.45722100
6Daun Kol21.550011.80.5980.72212.9100
7Batang Pisang5.8740018.31.060.1226.8100
8Umbi Singkong3.334003.30.260.164.15500
Bahan Makanan Jumlah PK DE Abu Kalsium Phospor SK
Harga/kg
1A.Tahu72.12350.357001.551400
2Daun Ubi Jalar308.11504.830.4110.1384.863000
3Dedak Padi50.61490.8450.00150.0060.453500
4Ubi Jalar200.646960.530.0560.0460.6910000
5Daun Singkong51.2250.60.0770.02291.1500
6Daun Kol102.15501.180.05980.07221.291000
7Batang Pisang160.94642.9280.16960.01924.291600
9Umbi Singkong70.232380.2310.01820.01120.293500
Total 100 16 1407 11.501 0.7931 0.3155 14.5 245

Tabel diatas diperoleh kebutuhan protein Kasar  cukup untuk periode grower dan pengakhiran, begitu juga terhadap mineral kalsium, akan tetapi serat kasar yang tinggi 14% ini bisa diantisipasi karena babi lokal disana kemungkinan sudah beradaptasi dengan serat kasar tersebut yang ditandai dengan perut yang besar, kebutuhan energi terlihat sangat kurang perlu di beri  bahan pakan sumber energi yang tinggi. Mengenai harga pakan cukup murah atau mungkin “Zero Feed Cost atau tanpa biaya, karena sudah tersedia di sekitarnya.


Untuk mengurangi zat anti nutrisi Ubi jalar tidak hanya memiliki zat gizi yang tedapat didalam umbinya seperti tripsin inhibitor pada ubi jalar dan Asam Sianida/HCN) pada singkung dapat dihilangkan/ dikurangi  dengan cara pencincangan, pengukusan, merebusan dan pemanasan sebelum digunakan untuk pakan ternak.


Ransum babi Periode Starter :

Anak babi yang telah lepas sapih biasanya disapih pada umur 8 minggu dan mencapai bobot rata-rata 20 kg disebut babi priode starter (Sihombing, 1997). Selanjutnya dikatakan anak babi dengan bobot 20 kg sudah ada harapan sekitar 98% dapat hidup sampai mencapai bobot potong (90-100 kg) maksudnya bahwa babi priode starter telah melewati masa-masa kritis dimana sebelum masa ini , babi lebih mudah terserang penyakit dan kematian sangat tinggi yaitu 30 %. Babi priode starter merupakan awal dari proses pengemukan seperti dikatakan oleh Cunha,(1977), bahwa ternak pada priode starter mulai makan lebih banyak karena pada priode ini ternak babi sedang mengalami pertumbuhan yang terus meningkat(pertumbuhan eksponential).

Ensminger (1969) mengatakan bahwa pada priode starter berat badan ternak babi biasanya antara 15-45 kg dan protein yang dibutuhkan berkisar antara 14-16 %. Sedangkan Krider dan Carrol (1977) menyatakan bahwa setelah ternak babi mencapai priode starter ransum yang diberikan harus mengandung protein sekitar 16%.

Menurut NRC (1979) kebutuhan protein kasar pada babi starter adalah 16%, energi metabolisme sebesar 3175 Kkal, serta penambahan bobot badan yang diharapkan 0,6 kg. Diharapkan pula setiap harinya mengkonsumsi ransum sebanyak 1,7 kg sehingga konsumsi protein kasar 272 gram dan energi dapat dicerna 5610 Kkal. Walaupun demikian tingkat protein ransum ditentukan pula oleh kemampuan bahan makanan itu untuk menyediakan asam-asam amino essensial.

Ransum yang seimbang ialah ransum yang mengandung zat nutrisi yang berkualitas untuk kesehatan, pertumbuhan dan produksi ternak. Sutardi (1980) mengatakan ternak akan mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai dengan potensi genetik bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat makanan itu akan diperoleh ternak dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan.

Tingkat konsumsi ransum adalah jumlah makanan yang dimakan oleh ternak bila bahan makanan tersebut diberikan adbilitum. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum dapat dibagi menjadi 2 yaitu : yang berpengaruh secara langsung seperti besar dan berat badan, umur, kondisi ternak serta cekaman yang diakibatkan oleh lingkungan seperti temperatur lingkungan, kelembaban udara, dan sinar matahari (Parrakasi, 1990), sedangkan berpengaruh secara tidak langsung ialah keadaan air ransum, adanya makanan pembatas konsumsi dan kecernaan (Parrakasi, 1985).

Clawson et al. (1962) mengatakan konsumsi ransum dipengaruhi keseimbangan protein dan energi dari tingkat lemak ransum. Anggorodi (1985), berpendapat bahwa konsumsi ransum cenderung meningkat bila kandungan energi ransum rendah dan konsumsi ransum akan menurun bila kandungan energi ransum tinggi. Thomas dan Korneygay (1972) mengungkapkan bahwa ada kecendrungan babi yang mendapat ransum dengan protein rendah akan mengkonsumsi lebih rendah.


Menurut NRC (1988), bahwa dalam masa pertumbuhan babi dengan bobot badan 20-50 kg akan mengkonsumsi pakan per hari 1900 gram berat kering. Penggunaan pakan oleh babi yang masih muda lebih efisien dibanding dengan babi yang telah lewat pubertas, karena konsumsi yang semakin tinggi tidak selalu diikuti dengan kenaikan bobot badan. Pada ransum dengan tingkat protein masing-masing 14%; 16%; 18%, konsumsi paka rata-rata adalah 1,961 kg; 1,984 kg dan 1,986 kg dengan bobot badan 20-90kg (Close, 1983).

Frekuensi pemberian pakan memberi pengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi. Pada umumnya pakan per hari akan meningkat dengan meningkatnya dengan frekuensi pemberian pakan. Menurut Supnet (1980), bahwa babi dengan bobot 10-90 kg diberi pakan 2 kali sehari akan mengkonsumsi pakan rata-rata/hari/ekor sebesar 1,54 kg. Pada pemberian 3 kali sehari konsumsi pakan sebesar 1,92 kg dan yang diberi secara adbilitum konsumsi pakan sebesar 2,61 kg/ekor/hari.

Tillman et al. (1984), mengatakan bahwa ada hubungan yang dekat antara daya cerna dan kecepatan kecernaan dan ini berkaitan erat antara daya cerna ransum dan konsumsi ransum. Semakin tinggi daya cerna ransum maka konsumsi pun akan semakin tinggi.

Suhu lingkungan juga turut mempengaruhi tingkat konsumsi ransum, semakin tinggi suhu lingkungan konsumsi makanan akan semakin rendah (Winchester, 1964). Supnet (1980) mengatakan meningkatnya temperatur lingkungan akan menurunkan konsumsi ransum yang diikuti temperatur rectal dan kecepatan respirasi ternak babi meningkat. Oleh karena itu temperatur udara yang tinggi dalam kandang menyebabkan ternak mengurangi konsumsi pakannya agar produksi panas dalam tubuh menurun (Esmay, 1977). Whitemore mengungkapkan bahwa temperatur lingkungan optimal untuk ternak babi dengan bobot badan 20-50 kg adalah 18-22°c.

Menurut Church (1979), palatabilitas merupakan faktor penting yang menentukan tingkat konsumsi, yang tergantung pada bau, rasa, tekstur, dan suhu. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sutardi (1980), bahwa faktor umum yang mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas ternak terhadap ransum yang diberikan.

Pemberian makanan yang baik umumnya dipertimbangkan atas dasar kecepatan pertumbuhan.  Bogart (1977), menyatakan bahwa bahwa konversi ransum adalah kemampuan ternak mengubah makanan kedalam bentuk pertambahan bobot badan. Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai jumlah kenaikan bobot badan yang dihasilkan dari satu satuan makanan yang dibutuhkan per satuan bobot badan. Perbandingan tersebut bervariasi dalam hubungannya terhadap sejumlah faktor, seperti umur ternak, bangsa, dan daya produksi.

Konversi ransum dapat digunakan sebagai peubah untuk seleksi terhadap ternak yang mempunyai kecepatan pertambahan bobot badan yang baik (Bogart,1977). Sihombing (1983), mengemukakan bahwa nilai konversi dari seekor ternak erat kaitannya dengan tujuan seleksi guna mendapatkan ternak yang ekonomis. Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh pertumbuhan babi itu sendiri (Dunkin,1978). Menurut Cole (1972), bahwa konversi ransum akan menurun dengan bertambah besarnya babi dan variasi akan terjadi diantara bangsa-bangsa babi.

Campbell dan Lesley (1977), melaporkan konversi ransum tergantung kepada; 1. kemampuan ternak untuk mencerna zat makanan, 2. kebutuhan ternak akan energi dan protein untuk pertumbuhan, hidup pokok dan fungsi tubuh lainnya, 3. jumlah makanan yang hilang melalui proses metabolisme dan kerja yang tidak produktif, serta 4. tipe makanan yang dikonsumsi. Faktor lain yang mempengaruhinya adalah keturunan, umur, berat badan, tingkat konsumsi makanan, pertambahan bobot badan, palatabilitas, dan hormon. Sedangkan menurut Devendra dan Fuller (1979), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah nutrisi, bangsa ternak, lingkungan, kesehatan ternak dan keseimbangan ransum yang diberikan.


Temperatur udara dengan kisaran 30-33°C akan menurunkan konversi ransum pada ternak babi yang sedang bertumbuh (Sihombing, 1983). Williamson dan Payne (1978), mengatakan bahwa konversi ransum akan menurun apabila suhu meningkat diatas suhu kritis. Pada temperatur 7°C; 23°C; dan 33°C dengan rata-rata bobot badan 10 kg diperoleh konversi ransum masing-masing 2,52; 2,18; dan 2,28 (Pond dan Maner, 1974).

Menurut Arganosa et al.(1977), bahwa kandungan energi ransum berpengaruh terhadap konversi ransum, pada ransum berenergi 3000 Kkal EM/kg dan 2400 Kkal EM/kg, konversi ransum masing-masing adalah 3,37 dan 4,26. sedangkan protein ransum 14%; 16% dan 18%, konversi ransum yang diperoleh 2,91; 2,82; 2,88 (Campell et al.,1975).

Ransum Babi Periode Grower

Menurut Sihombing (1997) babi periode grower yaitu babi yang memiliki bobot rata-rata 35 kg hingga mencapai bobot badan 60 kg. Periode grower merupakan periode yang harus diperhatikan akan kebutuhan zat makanannya, dan ransum yang bermutu tinggi adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi performans babi grower. Ransum yang terdiri dari pakan yang bermutu tinggi dan disusun memenuhi kebutuhan zat-zat makanan babi dan dicampur baik adalah syarat untuk memperoleh performans yang optimal.

Parakkasi (1983) mengatakan bahwa pada waktu babi masih muda, pertumbuhannya terutama terdiri dari  protein dan air akan tetapi setelah babi tersebut mempunyai berat badan sekitar 40 kg, energi yang disimpan berupa protein telah konstan dan mulailah energi tersebut dipakai untuk pembentukan jaringan lemak yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Menurut Tillman, dkk. (1984) pertumbuhan mempunyai tahap-tahap yang cepat dan lambat. Tahap cepat terjadi pada saat lahir sampai pubertas, dan tahap lambat terjadi pada saat-saat kedewasaan tubuh tercapai. Tahap-tahap pertumbuhan ini membentuk gambaran sigmoid pada grafik pertumbuhan yang ditentukan oleh tingkat konsumsi bila tingkat konsumsi tinggi, pertumbuhan juga cepat, sedangkan pengurangan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan.


Ransum Induk Untuk Reproduksi yang Tinggi

Pemberian pakan pada induk agar supaya prolifik bukan hanya terlihat baik, tetapi bagaimana untuk mempertahankan kondisi tubuh induk tersebut, kebutuhan izat makanan pada babi bibit, berdasarkan fase produksi tertera pada Tabel di bawah ini  .

Tabel 4a. Kebutuhan zat-zat makanan perkilogram ransum babi bibit (NRC 1988)

Zat-zat makananSatuanDara Bunting, Induk Bunting dan jantan Yunior/SeniorInduk Laktasi
Energi dpt dicerna

Energi Metabolisme

Protein kasar

Asam Amino Esensial :

Arginin

Fenilalanin

Histidin


Isoleusin

Leusin

Lisin

Metionin

Treonin

Triptophan

Valin

Mineral

Besi


Fosfor

Yodium

Kalium

Kalsium

Khlorin

Magnesium

Mangan

Natrium

Selenium


Tembaga

Zink

Vitamin

Vitamin A

Vitamin D

Vitamin E

Vitamin K

Kkal/kg

Kkal/kg


%

%

%

%

%

%

%

%

%


%

%

mg

%

%

%

%

%

%


mg

%

mg

mg

mg

IU

IU

IU

Mg

3.400

3200

12

00

0.15

0.37

0.42

0.43

0.23


0.52

0.34

0.09

0.46

80

0.6

0.14

0.20

0.75


0.25

0.04

10

0.15

0.15

5

50

4000

200


10

2

3.395

3195

13.0

0.40

0.25

0.39

0.70


0.58

0.36

0.85

0.43

0.12

0.55

80

0.5

0.14


0.20

0.75

0.25

0.04

10

0.20

0.15

5

50


2000

200

10

2

1. Pakan Induk Sebelum Kawin

  1. a. Induk Dara

Nutrisi pada babi dara sebelum kawin pertama harus mencapai tujuan :

  1. memaksimumkan tingkat ovulasi pertama/ litter size.
    1. memperbaiki kondisi babi tubuh dara (otot dan lemak) untuk cadangan masa yang akan yang akan akibat  dari fariasi jumlah pakan yang diberikan .

Jumlah ovulasi sel telur yang normal pada babi dara pertama kali biasanya hanya  13-14 sel telur, jumlah ini akan menghasilkan  litter size yang baik.  Biasanya babi dara pada  birahi pertama jarang langsung dikawinkan. Usaha  untuk meningkatkan ovulasi induk pengganti : a. Mengawinkan induk pengganti pada birahi 2-3, b. mulai mencatat dan mengawasi siklus birahinya induk pengganti c. Memberikan pakan yang berlebih.


Babi pengganti (gilt) jumlah ovulasi bertambah sangat lambat, (satu sel telur/ bulan)   contohnya babi pengganti pada ovulasi pertama  hanya sembilan buah,   14-15 sel telur merupakan  jumlah ovulasi yang maksimum diharapkan.  Sebuah pendekatan alternatif yang sederhana adalah dengan menunggu pada tingkat ovulasi yang puncak/maksimum pada birahi ketiga.  Seperti ditunjukkan pada

tabel 4b.

Tabel 4b. Umur seksual dan tingkat ovulasi / litter size pada babi dara.


Sumberoestrus ke

1                   2                 3

Huges dan Varley (1980)

Mac. Pherson et. al (1973)

10,6               11,8               10,9

7,9                 9,7               11,0

Untuk keperluan tersebut  perlu memberikan pakan yang tinggi/baik  (atau tingkat energi yang tinggi) dikenal dengan “Effect Flushing” yang digambarkan pada ilustrasi


tabel 5.

Tabel 5. Tingkat pakan dan jumlah ovulasi pada babi pengganti/dara/gilt.

Tingkat pakan                                                 Jumlah ovulasi

Prepuberty     Birahi Pertama                      Pengamatan I     Pengamatan II


Ad-libitum        Adlibitum                                          13,9                       13,6

Ad-libitum        Dibatasi                                            11,1                          -


Dibatasi           Adlibitum                                          13,6                       13,5

Dibatasi           Dibatasi                                            11,1                       11,1

Self et.al. 1955

Penggunaan flushing pada babi dara harus lebih awal  (estrus ke dua) untuk mengurangi resiko litter size yang kecil. Cara pemberian pakan yang tinggi dan   seleksi pada induk pengganti/dara sampai saat hari kawin, akan memeberikan performan babi dara yang baik serta masa produksi  lama.

b. Induk Dewasa /Sow

Pada induk pengganti/gilt  periode penyapihan ke estrus dan kawin biasanya sangat singkat (kurang dari seminggu), ini berakibat pada manipulasi reproduksi induk babi dengan  pakan sangat pendek. Akan tetapi jika jumlah ovulasi sel telur sangat rendah (kira-kira 14 sel telur) dapat juga dilakukan flushing. Kenyataanya jumlah ovulasi periode akhir penyapihan ke estrus sangat bervariasi (15 – 25) pada induk babi dewasa/sow.  Untuk meningkatkan jumlah ovulasi perlu perencanaan pakan yang baik saat penyapihan ke oestrus.  Walaupun biasanya  tidak cukup waktu sebelum induk menjadi birahi untuk ovulasi sel telur.  Seperti terlihat pada tabel 6.


Tabel 6. Effek pakan yang tinggi dan tingkat ovulasi babi.

Jumlah Percobaan          Jml hari flushing ke oestrus           Penambahan ovulasi

sel telur

6                                           0-1                                                      0.4

6                                           2-7                                                      0,9

8                                           10                                                       1,6

14                                         12-14                                                    2,2


2                                           21                                                       3,1

Huges dan Varley,1980

Penundaan kembali pengawinan babi dara setelah beranak pertama sampai 12-15 hari akan menghasilkan peningkatan jumlah litter size 1 – 1,5 pada beranak ke dua, disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Penundaan Kawin pada Beranak Kedua terhadap Jumlah Litter  Size Babi Induk


Peneliti                                  Kurang 12 – 15 hari                  Lebih dari 12-15 hari
Fahmy et.al (1979)                           9,3                                            10,4

Love (1979)                                         9,3                                            10,4


Walker et.al (1979)                    8,2                                            10,6

Brooks (1980)                                     9,3                                            10,5

King et. al. (1980)                             8,4                                            10,5


King et.al (1981)                               9,8                                            10,9

Dalam prakteknya peternak harus menghitung berapa penambahan biaya akibat penundaan perkawinan terhadap penambahan litter sizesize tersebut. Dalam pemberian pakan flushing yang baik antara penyapihan dan oestrus berguna untuk mempertahankan berat badan,  kondisi tubuh dan persiapan untuk laktasi.

  1. 2. Pakan Induk Setelah Kawin

Tujuan Utama kita dalam pemberian pakan babi bunting (sow/gilt) adalah meningkatkan daya hidup dari embrio/ foetus yang akhirnya meningkatkan litter size. Untuk itu perlu juga diperhatikan effek pakan tersebut terhadap kelahiran, setelah lahir dan masa laktasi dari anak babi yang dilahirkan.

Diketahui bahwa pakan yang baik /tinggi (high level) pada awal kebuntingan babi darah akan menurunkan jumlah embrio yang hidup, seperti ditunjukkan pada tabel 8. Hal ini,  dijelaskan oleh skema 1

Tabel 8. Jumlah pakan pada awal kebuntigan terhadap embrio yang hidup .

Pakan yang diberikanTinggi                            Rendah

Jumlah Ovulasi                                           15,4                              15,5

Embrio yang  tersedia                                 11,8                              12,7


Embrio yang hidup (%)                               77                                  82

Hughes 1993

Hormon progesteron ini sangat diperlukan embrio awal kebuntingan (14-12 hari) hormon ini merangsang sekresi protein rahim untuk embrio,  penurunan kadar horman ini mengakibatkan penurunan milk uterin yang dihasilkan.  Akan tetapi kasus jumlah embrio hidup pada induk (sow) tidak dipengaruhi oleh tingkat pakan, seperti terlihap pada tabel 9.


Tabel 9. Tingkat jumlah pakan pada awal kebuntingan dan litter size

dari induk (sow)

Sumber                                                   Tingkat pakan pada awal kebutingan

Tinggi                     Rendah

Kirkwood & Thacker (1980)                     15,8                       15,5

Hughes (1993)                                             11,4                       11,3

Pada awal minggu ketiga kebuntingan,  pemberian pakan lebih dari standar tidak berpengaruh terhadap jumlah litter size yang dihasilikan.  Pemberian pakan pada umur ini, harus cukup untuk mempertahankan rata-rata berat lahir dari anak babi saat lahir.  Hal ini berguna untuk menghindari kematian anak babi setelah disapih,  bila anak babi yang lahir terlalu bervariasi maka anak babi yang ringan akan mati akibat ketidak mampuan bersaing untuk memperoleh kolostrum.

Penambahan pakan induk (sow) selama kebuntingan akan meningkatkan berat babi lahir, juga meningkatkan variasi berat badan dari anak babi yang lahir.  Bila pemberian pakan lebih rendah dari nilai kondisi normal , maka foetus pada bagian tengah dari  tanduk uterus tidak dapat memperoleh makanan yang cukup dari sirkulasi darah dari induk (seperti pada tabel 10.).


Ketika memberikan pakan lebih pada babi bunting (gilt/sow) yang pada akhirnya  kelebihan ini akan digunakan oleh foetus yang terletak di berbagai ujung dari tanduk uterus mengalami  pertambahan berat badan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu dianjurkan memberikan pakan yang lebih sedikit saat bunting dengan tujuan mengurangi kematian anak babi selama disapih.  Contohnya berat anak babi yang memiliki bobot 1,6 kg dapat mengakibatkan distokia saat lahir, hal ini yang pada akhirnya akan meningkatkan kematian babi saat lahir (still birth) dan kematian sebelum disapih (Prewening mortality).

Faktor yang sangat penting dalam membatasi pemberian pakan pada babi bunting (gilt/sow) adalah adanya peningkatan  jumlah pakan yang dikonsumsi (feed intake) pada ransum baik dan penurunan menuju laktasi, seperti pada tabel 11.

Tabel 11. Hubungan antara Feed Intake pada babi yang bunting dan laktasi.

Jumlah pakan yang diberikan

Rendah           Tinggi

Feed intake babi bunting (kg/hari)               1,9                  3,7

Laktasi feed intake (kg/hari)                         6,2                 4,9

Salmon – legagneur, 1962.

Yang disimpulkan bahwa babi akan makan bertambah selama bunting dan berkurang selama menyusui. Maka dengan itu sejak kita mengetahui kebutuhan nutrisi dari induk rendah kita mengurangi kandungan gizi dari bahan makanan tersebut, akan tetapi pada saat laktasi kita tingkatkan nilai gizi dari bahan makanan tersebut.  Hal ini kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut sampai dengan laktasi.  Cara yang praktis dengan memberikan pakan yang rendah selama kebuntingan (kurang 2,5 kg selama kebuntingan).

Pada tahun 80 an banyak ilmuan menganjurkan bahwa penambahan lemak 10-15 % pada 3 minggu akhir kebuntingan akan meningkatkan jumlah anak yang hidup saat penyapihan, ternyata perlakuan ini menyebabkan kematian anak meningkat 15-17 %   sebelum penyapihan, lihat tabel pada Tabel 12.

Tabel 12. Efek penambahan lemak pada pakan induk babi akhir kebuntingan.


Control                                                                    Penambahan lemak
Litter size                                                        9,7                                   9,7

Pre weaning mortality (%)                    17,3                                 14,5

Kematian anak < 1,1 kg (%)                 57,9                                 40,8

Henry, Pickard dan Huges 1983

3.Pakan Induk Babi Menyusui

Umumnya induk kurang nafsu makan saat laktasi, hal ini mengakibatkan sukar terpenuhi kebutuhan nutrisi dari induk untuk hidup pokok dan produksi susu yang tinggi.   Pada saat ini induk biasanya memobilisasi jaringan tubuhnya untuk memproduksi susu untuk anaknya.  Hal ini bisa kita lihat pada tabel 13.


Tabel 13. Efek tingkat pemberianpakan pada performan babi laktasi.

Pakan Induk Laktasi

Tinggi                     Rendah

Kehilangan berat badan induk (kg)                     5,1                          30,0

Kehilangan lemak punggung (mm)                   1,9                            4,2

Crrep Feed Intake (Kg)                                            2,5                            2,9


Berat litter yang disapi (kg)                                68,7                          62,3

Hughes, 1993.

Hal ini juga berpengaruh terhadap performan reproduksi induk babi seperti terlihat pada tabel 14

Tabel 14. Tingkat Pakan Laktasi dan Performan Reproduksi pada induk


pengganti (gilt)

Tingkat Pakan Laktasi

Tinggi                    Rendah

Interval sapih-kawin (hari)                                          11,5                       16,3Embrio yang hidup (%)                                                    71,0                       72,0

Litter size yang hidup (lahir hidup)                  9,6                         9,8

Sumber : Huges 1989.

Pada saat laktasi induk biasanya mengalami penurunan feed intake sampai  2,5 –3,5 kg/hari pada saat ini perhatian kita harus tertuju pada keselamatan dan pertumbuhan anak, dimana kebutuhan normalnya adalah 6-7 kg/ hari untuk memenuhi hidup pokok dan produksi susu .    Sedangkan pada induk yang baik feed intake ada yang tidak berubah, hal ini membuat kondisi tubuh induk tetap baik dan pertumbuhan anak tetap terjaga.  Pola penurunan pakan pada induk laktasi di bagi menjadi dua yaitu masa yang panjang pada induk dewasa(sow) dan masa yang pendek pada induk muda (gilt).


Biasanya induk muda (gilt)  mengalami kekurangan pakan pada fase laktasi akan mengalami kehilangan berat badan yang lebih besar pada induk yang sudah tua (sow). Kekurangan pakan pada induk yang dewasa (sow) pada masa laktasi mempunyai effek yang rendah terhadap kembali birahi setelah penyapihan, tetapi ada juga induk yang tidak estrus setelah disapih setelah mengalami kekurangan pakan tersebut, hal  ini bisa kita lihat pada tabel 15.

Tabel 15.   Effek Pakan laktasi terhadap Fertilitas Induk Dewasa (sow)

Tingkat Pakan Induk Laktasi

Tinggi               Rendah

Interval sapih- kawin                                         6,2                   7,1

Induk tidak estrus   (%)                                     8,0                 16,0


Tingkat konsepsi (%)                                     100,0                 94,0

Hughes, 1993

Secara normal terlihat bahwa ukuran litter size akan menurun akibat penurunan tingkat pakan pada saat laktasi, effek ini berakibat pada penambahan kematian embrio pada tiga minggu awal kebuntingan,  dapat dilihat pada tabel 16.


Tabel 16. Tingkat Pakan induk Laktasi Terhadap Litter Size pada Induk Dewasa.

Tingkat Pakan Induk Laktasi

Tinggi                Rendah

Embrio yang hidup (%)                                       78,0                    64,0

Liiter size (lahir hidup)                                        10,7                      9,8

Hughes, 1989

Umumnya effek laktasi terhadap performan reproduksi induk biasanya mengalami penurunan berat badan dan kondisi tubuh. Oleh sebab itu disarankan untuk mempertahankan kondisi tubuh dan anak pada fase menyusui perlu peningkatan jumlah konsumsi yang maksimum.

Untuk merubah hal teori diatas menjadi lebih sederhana dalam kehidupan sehari hari, kita harus tahu apa definisi pakan tinggi (high) dan Rendah (low) yang ditafsirkan berapa kilogram pakan yang dikonsumsi perhari.   Pemberian pakan yang aktual dan baik dianjurkan pada setiap fase siklus reproduksi disajikan pada tabel 19.


Banyak peternak hanya memberi pakan induk menjadi dua bagian yaitu pakan induk kering (dry sow ) dan induk laktasi (Laktating sow). Ditambah pakan standar Grower/Finisher  digunakan untuk pakan induk pengganti (gilt) dari seleksi sampai dengan dikawinkan.  Kandungan energi 12,5 – 13 MJ/kg untuk pakan induk kering dan 14 – 14,5 MJ DE /kg untuk pakan induk laktasi. Kandungan protein pada kedua pakan  tersebut harus berdasarkan kebutuhan asam amino ideal atau imbangan   lisin : energi yang rasional yaitu 0,3 gr lisin/MJ DE pada pakan induk kering,  dan 0,55 – 0,7 gr lisin /MJ DE pada pakan induk laktasi.

Data ini tentunnya hanya membantu akan tetapi peternak yang menyajikan bagaimana cara yang terbaik di lapangan . Sebaiknya induk dikandangkan secara individu untuk menghindari variasi berat badan, oleh sebab itu kita harus yakin bahwa setiap individu induk mendapat bagian yang sama untuk mengkonsumsii pakan.  Perlu juga dipertimbankan penambahan pemberian pakan induk sebanyak 0,25 kg/hari dalam kondisi dingin atau terlampau kurus.   Tetapi perlu diperhatikan jangan sampai induk bunting kelebihan makan, hal ini berakibat pada penurunan nafsu makan pada saat laktasi, yang akhirnya akan berakibat penurunan berat badan dan kondisi tubuh selama masa laktasi.


Faktor iklim dan suhu lingkungan perlu juga diperhitungkan, untuk meningkatkan nafsu makan induk yang kurang baik  bisa dilakukan dengan meningkatkan pemberian pakan 3 – 4 kali sehari atau menaburkan tepung ikan pada permukaan pakan yang diberikan, sehingga memeberikan bau yang meningkatkan nafsu makan
KLIK LINK DIBAWAH UNTUK MENDUKUNG AGAR BLOG INI TETAP ADA: TRIMS!



◄ Newer Post Older Post ►