Jumat, 10 September 2010

Keluarga Mandiri dari Kelinci




-Ketika Orang Kota Memberikan Modal kepada Orang Desa

Usaha mandiri adalah jalan terbaik untuk meraih kesejahteraan keluarga di desa. Banyak anak-anak muda, baik yang masih lajang maupun sudah berkeluarga tak juga menemukan usaha baru. Pengangguran pun merajalela. Mestinya sekarang kita menyadari bahwa banyak potensi berserak yang mesti dikumpulkan dan dipilih salahsatunya sebagai upaya meraih penghasilan ekonomi.

Saya bukan peternak, tetapi hanya pemberi modal usaha untuk ternak kelinci pada sebuah keluarga petani di desa, di Tegal Jawa Tengah. Tulisan ini sebagai cara saya berbagi kepada teman-teman semua.  Bagi saya,  ternak kelinci adalah salahsatu potensi yang mesti dikembangkan oleh masyarakat untuk mengurangi pengangguran atau meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga desa. Beberapa hal yang potensial dan realistis dijalankan orang-orang desa dengan ternak kelinci dilatarbelakangi oleh beberapa alasan berikut ini.


Ternak kelinci bisa dimulai dari modal kecil, Rp300ribu, Rp 500ribu, atau juga bisa sekitar Rp 1 juta. Modal kecil lebih baik supaya tidak terlalu cemas resiko akan kegagalan. Dan memang itulah yang disarankan dari prinsip wirausaha, yakni mengembangkan sesuatu yang kecil menjadi besar.

  1. Masyarakat desa memiliki pakan murah berupa rumput karena memang pakan pokok kelinci adalah rumput. Sayuran dan konsentrat dari ampas tahu dan bekatul juga tidak terlalu sulit diusahakan.
  2. Lahan sekitar 5-10 meter persegi cukup untuk sarana usaha ternak kelinci.
  3. Beternak kelinci tak usah berurusan dengan formalitas. Lulusan SD atau bahkan tidak sekolah sama sekali bisa menjalankan.
  4. orang desa punya dasar perhatian terhadap hewan ternak. Tinggal bagaimana memodernisasi dan merasionalisasi usaha ternak domestik secara tepat.

Lima hal ini saya simpulkan setelah saya melakukan ujicoba beternak kelinci bagi saudara saya di desa. Sebagai orang kota yang selalu diributkan masalah ekonomi orang desa saya tidak mungkin terus-menerus memanjakan pemberian uang tanpa kerja. Dan saya merasa beruntung karena hanya dengan memberikan modal usaha kepada saudara saya di desa itu sekarang mereka sudah berkembang dan memiliki peningkatan penghasilan. Dulu saya hanya memberikan modal Rp 500ribu untuk 3 ekor bibit dan membelikan dua buku Kelinci Karangan Faiz Manshur (Kelinci: Pemeliharaan Secara Ilmiah, Tepat dan Terpadu dan menyusul kemudian Buku Ternak Uang Bersama Kelinci).

Sedangkan kandang dan peralatan saudara saya memanfaatkan bahan-bahan gratis di desa. Modal 500 ribu inilah yang sekarang telah berubah menjadi asset sekitar 5 juta dalam setahun. Sekarang sudah ada 25 ekor induk dan terus melahirkan banyak anak-anak kelinci. Selain mendapatkan peningkatan pendapatan ekonomi rata-rata Rp 800ribu setiap bulan, keluarga di desa juga mendapatkan gizi daging kelinci yang katanya memang sehat di banding daging sapi atau domba. Saya mengucapkan terimakasih kepada penulis buku itu, karena dari kedua buku yang saya kirimkan ke desa itulah sekarang terjadi perubahan.

Pun demikian saya juga perlu menyampaikan secara berimbang beberapa hal sebagai berikut.


  1. Memulai usaha kelinci mestinya didasari oleh rasa suka dan cinta terhadap kelinci.
  2. Orang desa mesti dibekali ilmu pengetahuan yang baik untuk memelihara kelinci rumahan. Dengan buku itu minimal calon peternak mendapatkan dasar-dasar ternak kelinci yang baik.
  3. Pemantauan dan bimbingan terus dilakukan, Juga pemberian motivasi semangat untuk terus berkembang dan yakin bahwa usahanya akan bermanfaat.
  4. Tidak ada usaha yang cepat dan langsung menghasilkan uang dalam waktu dekat. Kelinci hanya memberikan potensi, selebihnya peternak sendiri yang dituntut untuk terus mengelola potensi itu secara tekun dan tiada kenal lelah berusaha.
  5. masalah penyakit seringjadi persoalan. Dan memang tidak cukup dengan buku kelinci itu. Kita orang kota yang memiliki akses informasi luas dari internet mesti sering melayani orang desa dengan mengirim banyak naskah-naskah ke desa agar mereka terus mendapatkan pasokan ilmu pengetahuan.
  6. Jika ingin aman dalam tahun pertama, sebaiknya disarankan calon peternak belajar magang. Itu lebih cepat untuk mendapat ilmu.
  7. Jangan terburu-buru berpikir soal hasil. Setahun pertama tetap saja usaha apapun sulit dilakukan sebab masih dalam masa merangkak. Terus saja dipantau dan diberi motivasi agar bertahan sekalipun banyak halangan.

Demikian pengalaman yang saya sampaikan kepada Kabar Kelinci Indonesia (KKI). Saya merasa berhutang budi banyak dari blog KKI yang banyak memberi informasi seputar kelinci selama masa 1,5 tahun ini. Al-khamdulillah sekarang sebuah keluarga di desa itu telah berhasil menjadi keluarga mandiri. Dengan penghasilan tambahan sekitar Rp800ribu setiap bulan, jelaslah potensi kelinci sangat baik untuk orang desa. Terimakasih.


(Drs Purwanto, PNS asal Tegal, Tinggal di Bekasi)

◄ Newer Post Older Post ►