Jenis udang barong yang hidup di terumbu karang Indonesia adalah jenis Panulirus versicolor dan Panulirus Humanus. Lobster biasanya hidup di sela-sela batu karang. Pada siang hari berada di lubang-lubang, sedangkan malam hari aktif mencari makan. Penangkapan udang barong relatif mudah, yaitu menggunakan jaring dan saat ini populer dengan menggunakan potasium. Harga udang barong cukup mahal, yaitu per kilogramnya mencapai Rp 15.000,00 - Rp 20.000,00. Karena penangkapannya sangat mudah, populasi udang barong dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan yang sangat drastis. Misalnya saja di Selatan Pantai Jawa, pada tahun 1976 menghasilkan 907 ton, tahun 1977 menghasilkan 69 ton, tahun 1978 sebesar 60 ton dan tahun 1979 hanya 10 ton.
Kina
Merupakan keong atau molusca yang bercangkang dua, juga merupakan hasil yang cukup potensial dari terumbu karang, hanya saja sekarang sudah termasuk dalam red data box yang dilindungi secara internasional karena sangat jarang ditemukan, akibat pengambilan yang berlebihan oleh masyarakat. Hal tersebut dijelaskan oleh konsultan Bank Dunia. Namun, kenyataannya tidaklah demikian karena di Pulau Takabonarate saja masih diambil dalam jumlah berton-ton untuk diperdagangkan oleh masyarakat.
Teripang
Teripang sudah dieksport sejak zaman dahulu. Pada mulanya hanya teripang-teripang yang harganya mahal saja yang diambil oleh masyarakat, tetapi saat ini sudah hampir seluruh jenis yang dapat dimanfaatkan diambil. Dengan demikian, keberadaan teripang sudah semakin langka dan susah didapatkan.
Produksi teripang dari Indonesia adalah sekitar 1.318.000 kg (data tahun 1994) dan hampir semuanya diekspor ke Hongkong. Teripang hidup di rataan terumbu, di goba atau di lereng terumbu sampai pada kedalaman lebih dari 30 m.
Rumput Laut
Terdapat 50 jenis yang dapat dimanfaatkan di Indonesia, meskipun secara ekonomis hanya terdapat sekitar 4 atau 5 jenis termasuk rumput laut yang dapat dijadikan agar. Budidaya rumput laut dapat dilakukan dengan menanam dalam rak-rak bambu di dalam goba atau di rataan terumbu yang tidak pernah menderita kekeringan. Rumput laut hanya memerlukan waktu enam minggu untuk memanen hasilnya. Produksi rumput laut sebagian besar diekspor dan nilai ekspor pada tahun 1979 mencapai US$ 200.000,00
Bunga Karang
Bunga karang akhir-akhir ini merupakan komoditi ekspor yang cukup penting di samping ikan hias dan hasil-hasil laut lainnya. Sebagai penghasil devisa, perkembangannya kurang begitu menggembirakan karena berkaitan dengan masalah pelestarian ekosistem terumbu karang yang akhir-akhir ini memperoleh perhatian istimewa baik dari dalam negeri maupun dari dunia internasional. Di dalam usaha melestarikan ekosistem terumbu karang ditekankan bahwa pemanfaatan karang batu harus dilarang, karena dalam ekosistem tersebut berfungsi ganda, tidak hanya sebagai salah satu mata rantai makanan di dalam ekosistem terumbu karang, tetapi juga sebagai kerangka terbentuknya terumbu karang, sebagai rumah dan tempat tinggal bagi semua biota asosiasi terumbu karang di sekitarnya dan sebagai hewan yang bersimbiose dengan monocellular algae juga merupakan penghasil oksigen terlarut yang diperlukan bagi biota laut.
Wisata Bahari
Merupakan potensi yang sangat menjanjikan. Apabila kondisi sosial politik Indonesia berada dalam keadaan aman, jumlah wisatawan yang akan melakukan wisata bahari diproyeksikan sekitar 5,1 juta orang/tahun. Jumlah pengeluaran sekitar US$ 5 milyar dengan asumsi mereka menginap selama 10 hari dengan pengeluaran US$ 958/hari.
Wisata bahari dapat dikembangkan di daeah-daerah yang memiliki sistem terumbu karang, karena pada kawasan tersebut selalu terdapat pantai dan pemandangan dasar laut yang indah. Kelayakan suatu kawasan terumbu karang untuk pengembangan wisata bahari hanya ditentukan oleh ada atau tidaknya sarana dan prasarana yang menunjang ke arah pengembangan wisata bahari seperti adanya kemudahan untuk mencapai kawasan tersebut, adanya hotel yang memadai, adanya restoran, dan memperoleh dukungan masyarakat setempat.
Potensi yang dimiliki oleh terumbu karang tersebut hanya dapat dinikmati apabila pengelolaannya dilakukan dengan baik, karena biota-biota ekonomis penting pada terumbu karang tersebut tinggal dan hidup di sana. Kalau terumbu karang rusak, biota-biota tersebut akan hilang. Jadi bila ada ahli perikanan yang akan memanfaatkan ikan harus menjaga keberadaan terumbu karang.
Sumber :Dr. Soekarno Coremap LIPI, disampaikan pada Forum URDI tanggal 18 April 2001