Pada tahun awal tahun 2001 dilakukan survey populasi untuk mengidentifikasi Populasi Capungan Banggai di Perairan Banggai Kepulauan. Dari 37 pulau yang ada, survey dilakukan pada 16 pulau. Dari survey tersebut diketahui bahwa kepadatan ikan rata-rata 0,03 ekor ikan per m2 dan diperkirakan total populasi mencapai 1,7 juta ekor ikan (Vagelli dan Erdmann, 2002). Vagelli (2004) kembali melakukan survey terhadap populasi ikan capungan banggai, dari surevey tersebut dapat diketahui bahwa kepadatan ikan berkisar 200 – 700 ekor ikan / Ha atau sekitar 0,07 individu per m2 dengan jumlah total populasi mencapai 2,4 juta ekor ikan.
EKOLOGI
Ikan capungan Banggai (P kaudernii) banyak terdapat pada teluk yang dangkal dan lindung, terutama pada perairan yang substrat dasar perairannya berupa pasir yang ditumbuhi padang lamun. Tingkat penyebaran umumnya berkisar antara 0,5 dan 6 m, tetapi paling sering ditemukan pada 1,5 dan 2,5 m (Volpedo, 2004). Beberapa populasi menghuni daerah perairan daerah terumbu, dan beberapa diantaranya masih menjadikan teluk keruh, perairan berpasir dan bersimbiosis dengan anemon, hanya sebagian kecil ikan capungan banggai yang menjadikan perairan terbuka sebagai habitatnya. Spesies ini mendiami berbagai habitat dangkal, termasuk terumbu karang (51% dari kelompok yang diidentifikasi), padang lamun (35%), dan area terbuka pasir dan puing-puing (14%) (Vagelli dan Erdmann 2002, Vagelli 2005 ). Ikan capungan banggai (P. kauderni) sering berasosiasi dengan berbagai anemon dan jenis ikan giru (Amphiprion) serta udang anemon (Periclimenes).
PERILAKU PEMIJAHAN
Proses pendekatan ikan jantan-betina terjadi pada siang hari. Pada saat pemijahan dan transfer telur, telur keluarkan dari genital papilla betina kemudian dibuahi dan dierami di dalam mulut ikan jantan. P. kauderni memiliki fekunditas rendah, betina menghasilkan telur sekitar 75 telur dengan diamter 2,5-3-mm. Di alam, jumlah telur yang dapat dierami di dalam mulut ikan jantan sebesar 41 butir telur (Vagelli 1999, Vagelli dan Volpedo 2004). Ikan jantan mengerami telur selama 20 hari. Setelah pemijahan dan transfer telur, ikan betina melindungi ikan jantan dari gangguan ikan lainnya, sedangkan ikan jantan tetap mengerami telur di mulut mereka. Pada kondisi laboratorium, daya tetas telur mencapau 40 hingga 60 % (Vagelli, 1999)