PEMANFAATAN TANAMAN LILIN ( Setaria palmifolia ) SEBAGAI OBAT TRADISIONAL DALAM KEHIDUPAN BEBERAPA SUKU DI KABUPATEN PUNCAK JAYA PROVINSI PAPUA*)
PISAY WEYA / 020 311 012**)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk hortikultura mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya sebagai sumber vitamin dan mineral. Selain itu, produk hortikultura memiliki nilai dan dapat meningkatkan pendapatan petani (Sumeru, 1995). Sayur daun, adalah sayuran yang dimanfaatkan daun dan batangnya (Anonimous, 1990). Sayuran daun dapat dikelompokan dalam dua kategori, yaitu kategori sayuran komersial dan sayuran daun non komersial. Sayuran daun komersial adalah sayuran daun yang diperdagangkan dengan harga yang hanya bisa dijangkau oleh kalangan tertentu serta mempunyai peluang eksport. Sayuran daun non komersial adalah sayuran daun yang harganya relativ rendah dan diminati oleh kalangan menengah kebawah serta peluang sebagai komoditi ekspor kurang baik (Palungkun dan Budarti , 2000).
Di tanah Papua, terutama di daerah Pegunungan Tengah, terdapat tanaman Setaria palmifolia, yang lebih dikenal sebagai tanaman sayur lilin. Tanaman ini dibudidaya secara tradisional sebagai tanaman sayuran. Tanaman sayur lilin dapat digolongkan dalam sayur non komersial, dan hanya dijadikan atau dimanfaatkan sebagai tanaman sayur untuk dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Dari informasi yang diturunkan secara turun temurun diketahui bawah selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang dikonsumsi, juga tanaman ini digunakan oleh masyarakat setempat untuk ibu-ibu yang baru melahirkan, mengkonsumsi untuk membersihkan dalam kandungan, mengembalikan stamina dalam jaringan sel tubuh manusia dan digunakan sebagai “obat” Keluarga Berencana (KB) alamiah.
B. Rumusan Masalah
Adanya Informasi awal tentang manfaat tanaman Setaria palmifolia, perlu untuk ditelusuri lebih lanjut dengan pertimbangan bahwa Wilayah Papua adalah suatu Wilayah dengan geografi yang unik yang berdampak pada transportasi yang sulit dan fasilitas pelayanan publik, dalam hal ini pelayanan kesehatan yang masih sangat terbatas. Hal ini, diperparah dengan pemukiman penduduk yang sangat tersebar. Keadaan ini terutama sangat nyata pada daerah pegunungan, seperti pada Kabupaten Puncak Jaya, yang ibu-kotanya Mulia terletak pada ketinggian kurang lebih 2700 m, dari permukaan laut. Tempat ini hanya dapat dijangkau lewat transportasi udara dari Jayapura. Transportasi udara inipun tidak dapat dijamin berlangsung secara teratur atau terjadwal (reguler) karena sangat tergantung pada cuaca yang sangat sering dan dapat tidak terduga berubah. Adanya informasi yang lengkap tentang potensi sumberdaya alam dan kebiasaan setempat termasuk pemanfaatan tumbuhan yang berpotensi sebgai obat, akan sangat membantu masyarakat dalam pemeliharaan kesehatannya. Masalah utama yang hendak dijawab lewat penelitian ini adalah bagimana suku-suku yang ada di Kabupaten Puncak Jaya memanfaatkan tanaman Setaria palmifolia ini sebagai obat tradisional.
C. Tujuan dan Manfaat Penilitian.
v Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui cara pemanfaatan tanaman sayur lilin (Setaria palmifolia) sebagai obat tradisional dalam kehidupan masyarakat Papua Kabupaten Puncak jaya.
Tujuan penilitian skripsi ini sendiri yang pertama untuk memenuhi tugas layaknya sebagai seorang mahasiswa yang akan menyelesaikan tugas akhir.
Dan yang berikutnya untuk memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat di Kabupaten Puncak Jaya tentang fungsi, kegunaan dan manfaat besar dari sayur lilin jika di pakai secara baik dan efisien.
Selain itu juga memberikan pemahaman kepada pembaca, sekaligus kampus tentang pentingnya meneliti lebih jauh tentang fungsi, manfaat dan kegunaan dari sayur lilin yang rata-tara terdapat di daerah Papua, terutama di daerah pegunungan Papua, salah satunya Kabupaten Puncak Jaya.
v Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian ini di harapkan dapat memberi pemahaman kepada masyarakat umum tentang manfaat dan cara pemanfaatan tanaman sayur lilin (Setaria palmifolia).
Ø Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan Mata Kuliah Holtikultura dan Mata Kuliah Tanaman Obat.
Ø Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pemerintah setempat dalam menentukan langkah-langkah strategis bagi pengembangan tanaman sayur lilin di Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua.
Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya yang meneliti dengan judul yang sama
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Sayur Lilin
Tanaman sayur lilin (Setaria palmifolia) termasuk dalam tanaman hortikultura, yang digunakan bagian daun dan batangnya. Tanaman ini mempunyai ciri-ciri yang menonjol yaitu: pada umumnya daun berwarna hijau sehingga berguna bagi kesehatan karena punya nilai gizi yang tinggi, tidak tahan lama karena mudah rusak, sehingga sebagian besar yang dibutuhkan dalam keadaan segar serta sayuran daun ini sangat peka terhadap hama dan penyakit, ( Sunaryono, 1996 ).
Tanaman sayur lilin (Setaria palmifolia) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi artinya ada tanaman sayur yang dapat ditanam dan tumbuh subur di dataran rendah dan juga tanaman sayur yang tumbuh dengan subur di dataran tinggi, selain itu juga tanaman sayur ada yang dapat tumbuh pada kedua keadaan lingkungan tersebut, (Sugeng, 1991; Nazaruddin, 1999).
Selain salah satu bahan makanan, sayuran menjadi unsur makanan yang sangat penting bagi tubuh dan bukan sekedar sebagai pelengkap saja, tetapi sayuran yang kaya gizi ini dapat menjadi penyeimbang yang penting dalam diet menu Pentingnya sayuran untuk kesehatan manusia sudah lama diketahui, hal ini dikarenakan sayur merupakan sumber vitamin dan mineral yang murah serta berfungsi sebagai pengatur metabolisme dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan tingkat kecerdasan dan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit.
Sayuran daun juga mengandung serat yang berguna untuk membantu proses pencernaan dengan begitu lengkapnya kandungan gizi yang ada pada sayuran sehingga di abad modern ini makin banyak orang yang memilih berpantang makan daging dan hanya mengkonsumsi sayur (Sutarya, dan Grubben, 1995 dan Anonimus, 2003).
B. Taksanomi dan Morfologi Tanaman Sayur Lilin
Berdasarkan klasifikasi tanaman sayur lilin digolongkan sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Ommelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Sub family : Panicoideae
Genus : Setaria
Species : Setaria palmifolia
Tanaman sayur lilin (Setaria palmifolia) ini hanya dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan di Papua. Ciri-ciri tanaman sayur lilin antara lain, memiliki daun tunggal berwarna hijau, runcing. Kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip atau lebih kecil dari 900 (Tjitrosoepomo, 2007). Tulang daun menyirip dan urat daun sejajar serta memiliki pelepah daun, merupakan tumbuhan basah. Batang berbentuk bulat, berbuku-buku (nodus), beruas-ruas (inter nodus), dan berisi padat. Tanaman sayur lilin termasuk tanaman berakar serabut dan memiliki banyak anakan.
C. Syarat Tumbuh Sayur Lilin
Tanaman sayur lilin dapat tumbuh dimana saja karena daya adaptasinya luas. Tanaman sayur lilin dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, berkisar 2700 m dpl. Kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sayur lilin adalah tanah yang subur, kaya bahan organik dengan sistem drainase yang baik. Kisaran pH tanah yang baik untuk tanaman sayur lilin adalah 6-7, (Anonimous, 1990).
Pertumbuhan tanaman sayur lilin membutuhkan sinar matahari penuh, suhu untuk pertumbuhan tanaman sayur lilin berkisar 20 – 30 0c, sedangkan curah hujan yang dikehendaki oleh tanaman sayur lilin adalah ± 1.500 – 2.500 mm / tahun.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua. Ketinggian tempat kurang lebih 2700 m, dari permukaan laut (dpl), yaitu di Ibukota Mulia.
Di Kabupaten ini terdapat delapan Distrik (Kecamatan) dan penduduknya terdiri dari 12 Suku, diantara delapan Distrik dan 12 Suku yang ada, maka Penelitian ini dilaksanakan pada Empat Distrik dan 5 Suku selama bulan Juni sampai bulan Juli 2010.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian penjajakan dan dilakukan dalam bentuk survey. Informasi dan data diperoleh dengan wawancara terbuka, yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada informan dan informan dapat menjawab secara bebas. Membertimbangkan keadaan setempat yang masih tradisional, maka apbila dipelukan akan digunakan penterjemah.
Informan aadalah orang-orang yang dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang paling tahu, dan orang itu tidak lain adalah para kepala suku. Membertimbangkan bahwah penduduk di Kabupaten Puncak Jaya tempat tinggalnya sangat tersebar pada kondisi geografi yang sangat sulit (unik) dan transportasi yang sangat-sangat tidak memadai, maka kepala suku yang diwawancarai hanyalah mereka yang dapat atau mudah dijangkau dari ibu kota Kabupaten. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah ; alat tulis menulis, dan kamera digital untuk merekam atau mengambil gambar obyek yang diperlukan.
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini sebagai berikut :
Ø Persiapan peralatan yang digunakan
Ø Melakukan dialog dan wawancara dengan responden seputar penelitian yang hendak dilakukan.
Ø Mencatat data yang didapat
Ø Memotret tanaman sayur lilin atau orang yang diwawancarai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A . Deskripsi Wilayah Penelitian
v Kondisi Alam
Kondisi tempat penelitian di Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di pegunungan tengah, kondisi geografis wilayahnya sangat sulit dijangkau dari ibukota Kabupaten. Adapun Masalah-masalah yang sedang masyarakat alami adalah sebagai berikut;
Ø Masalah jangkauan jarak dari Mulia sebagai ibukota Kabupaten Puncak Jaya ke Distrik-Distrik, kurang lebih 100 kilometer dan kondisi geografis yang sangat susah dijangkau dengan wilayah yang bergunung-gunung dan dialiri oleh sungai-sungai yang deras;
Ø Macetnya proses produksi yaitu Pemasaran yang mana pemasaran hasil bumi yang apabila dilakukan dengan jalan darat kurang lebih memakan waktu selama 36 jam atau 11/2 hari;
Ø Angka kematian ibu dan anak yang tinggi serta jangkauan pelayanan kesehatan yang jauh karena pusat-pusat pelayanan yang harus memakan waktu untuk dijangkau;
v Kehidupan Masyarakat
Kebiasaan dalam kehidupan masyarakat lima Suku pada hari-hari besar keagamaan antara lain;
Ø Pada perayaan natal 25 Desember dan menyambut tahun baru;
Ø Pada hari masuknya Injil (Agama) di tanah Papua;
Ø Untuk membuka kebun besar;
Ø Membuat jembatan gantung dan lain-lain.
Pada saat melakukan kegiatan tersebut selalu memberlihatkan keakrafan, kesatuan dan pesatuan antara suku dengan sukuv Matapencaharian
Matapencaharian dalam kehidupan masyarakat lima suku antara lain:
Ø Berkebun; dalam satu lokasi atau buka kebun tersebut, langkah-langkah yang lakukan, pertama membabat lokasi sampai batas yang telah ditentukan setelah itu menebang pohon-pohon, memotong pohon yang telah ditebang, membuat pagar sampai selesai kemudian pohon atau daun-daun sesudah kering membakar, setelah itu membuat petak-petak kemudian dibagikan masing-masing keluarga datang menanam berbagai jenis tanaman sesuai dengan keinginannya. Setalah panen hasil pertama bakar batu bersama dan hasil panen seterusnya tidak dipasarkan hanya mengkonsumsi sendiri masing-masing keluarga.
Ø Berburuh, pada hari-hari besar keagamaan dan merencanakan suatu acara yang besar, maka masing-masing suku atau Gereja berburuh dihutan selama kurang lebih satu bulan dan setelah balik dari perburuhan bakar batu bersama.
v Pendidikan
Pada umumnya dari antara lima suku tingkat pendidikannya antara lain:
Ø Suku Wano yang bersekolah 5% dan tidak sekolah 95%
Ø Suku Lani yang bersekolah 35% dan tidak sekolah 65%
Ø Suku Dani yang bersekolah 25% dan tidak sekolah 75%
Ø Suku Mee yang bersekolah 70% dan tidak sekolah 30%
Masing-masing suku mempunyai berbahasa yang berbeda sehingga pada saat hari-hari besar, Ibadah, dan kunjungan kerja dari pemerintah daerah maka perlu dipenterjemahkan.
v Makanan Sehari-hari
Pada umumnya makanan pokok adalah sebagai berikut:
Ø Ubi-ubian
Ø Sayur-sayuran
Ø Buah-buahan
Ø Sagu dan lain-lain.
B. Kegunaan atau Pemanfaatan Sayur Lilin
Tanaman sayur lilin ini sangat bermanfaat bagi masyarakat pedesaan, karena sebelum masuk program pemerintah daerah khususnya desa-desa kecil di Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua, tanaman sayur lilin ini banyak digunakan sebagai bahan pangan alamih dalam kehidupan sehari–hari. Menurut pandangan masyarakat pedesaan atau terlebih khusus Suku Wano, Lani, Dani, Mee dan Moni di Kabupaten Puncak Jaya, bahwa salah satu tanaman sayur yang sangat penting dalam kehidupan keluarga atau rumah tangganya masing-masing berdasarkan hasil yang diperoleh dari kebun, karena tanaman sayur lilin ini dimanfaatkan sayur, juga sebagai obat tradisional untuk memudahkan kesehatan bagi ibu-ibu yang baru melahirkan, ibu atau perempuan yang sedang mengalami menstruasi serta obat Keluarga Berencana (KB) alamiah.
Sampai dengan saat ini tumbuh-tumbuhan diambil dan digunakan sebagai obat tradisional seperti tanaman sayur lilin, daun gatal, sirih, buah pinang, kulit pohon kayu dalam bahasa daerah disebut Wip. Tumbuhan yang disebut diatas memiliki fungsi yang beragam, sesuai dengan cara memanfaatkannya.
Sayur Lilin (Setaria palmifolia) sangat besar manfaatnya bagi masyarakat pengunungan Tengah (pedalaman) Papua yang sangat terisolir dan jauh dari jangkauan medis. Sehingga sayur lilin dapat dimanfaatkan sebagai tanaman Apotik Hidup.
Sayur lilin tanaman ini dapat tumbuh ditanah yang basah atau banyak mengandung bahan organik, dibudiyakan bersamaan dengan jenis tanaman lainnya dalam kebun tersebut. Jenis tanaman ini sangat langkah hanya dapat tumbuh dan hidup di daerah pedalaman Papua saja, itulah kebesaran dan Keagungan Sang Ilahi.
Pemanfaatan sayur lilin pada setiap suku di daerah pedalaman Papua berbeda, hasil wawancara kami dilapangan atau masyarakat dapat dijadikan sebagai sampel dari beberapa suku besar di pedalaman Papua adalah sebagai berikut:
A. SUKU WANO
Masyarakat Suku Wano menyebut tanaman sayur lilin adalah “ Towan ”. Suku Wano memanfaatkan tanaman sayur lilin ada beberapa caranya antara lain:
Keluarga Berencana (KB) alamiah bagi Ibu-ibu yang berminat tidak memdapatkan anak atau menjadi mandul maka, mereka sediahkan sayur lilin bersamaan dengan salah satu tumbuhan yang tumbuh dibelantara, setelah diambil dikonsumsi bersamaan, daun tersebut diambil oleh orang-orang tertentu, dan tumbuhan tersebut tidak semua orang tahu dan cara pengambilan daunnya.
Sayur lilin setelah dibakar sebelum dikonsumsi dicampur dengan sejenis daun yang hanya tumbuh dibelantara setelah diambil daun tersebut, dikonsumsi bersamaan dengan sayur lilin yang telah disediakan oleh kepala Suku, orang tua adat, ibu-ibu dukun beranak.
Bagi Ibu-ibu yang sedang mengalami menstruasi maka mengkonsumsi sayur lilin untuk memberhentikannya.
Ibu-ibu yang baru bersalin mengkonsumsikan sayur lilin bersamaan dengan sayur gedi untuk mengsterilkan atau membersihkan dalam kandungan, mengembalikan metabolism dalam tubuh manusia, menguatkan otot-otot, dan lain sebagainya.
Cacingan atau sakit perut maka mengkonsumsi sayur lilin mentah batang bagian muda maka mengalami sakit perut akan hilang atau cacingan akan keluar melalui pembuangan (anus).
Tanaman sayur lilin juga sangat bermanfaat bagi pria pada siang atau malam hari bila membuat atau membutuhkan sesuatu yang mereka inginkan, sayur lilin bakar dibara api setelah dibakar mengkonsumsi bersamaan dengan Keladi atau Singkong bakar.
Tanaman sayur lilin banyak manfaatnya, sebagai sayur dan obat tradisional dapat cara dikonsumsikan secara mentah atau masak.
SUMBER DATA
· Wawancara langsung dengan Bapak Nolas Wonda, selaku Kepala Suku besar Suku Wano di Kabupaten Puncak Jaya.
· Wawancara langsung dengan Bapak Janer Murib, selaku Tokoh Adat Suku Wano di Kabupaten Puncak Jaya.
B. SUKU LANI
Masyarakat Suku Lani menyebut tanaman sayur lilin “ Towar ”. Manfaat tanaman sayur lilin dikalangan Suku Lani antara lain:
Tanaman sayur lilin dimanfaatkan sebagai KB alamiah, sayur lilin setelah dibakar dikonsumsi bersamaan dengan salah satu tumbuhan daun yang diambil dari belantara untuk membuat ibu-ibu menjadi mandul.
Tanaman sayur lilin juga manfaatkan sebagai sayuran dimasak dengan daging babi dan buah merah yang telah masak.
Bagi Ibu-ibu yang baru bersalin mengkonsumsi sayur lilin dan gedi untuk membersihkan dalam kandungan, menguatkan otot-otot, mengembalikan metabolisme dalam tubuh manusia.
Ibu-ibu yang mengalami menstruasi berturut-turut maka, ibu tersebut mengkonsumsi sayur lilin untuk menghentikannya.
SUMBER DATA
· Wawancara langsung dengan Bapak Andreas Wonda, selaku kepala Suku besar di Distrik Mulia.
C. SUKU DANI
Masyarakat Suku Dani menyebut tanaman sayur lilin adalah “ Soaa ’’. Manfaat sayur lilin di kalangan suku Dani adalah sebagai berikut:
Masyarakat Suku Dani memanfaatkan sayur lilin sebagai Keluarga Berencana (KB) alamiah dari turun temurun caranya:
Sayur lilin setelah dimasak sebelum dikonsumsi dicampur dengan sejenis daun yang hanya tumbuh dibelantara setelah diambil daun tersebut, dikonsumsi bersamaan dengan sayur lilin yang telah dimasak oleh ibu-ibu selama 3 (tiga) hari pagi,siang dan sore. Pada saat pengambilan atau pemetikan daun dari belantara inipun tidak boleh disentu oleh tangan Manusia.
Sebelum mengkonsumsi, kepala Suku atau orang tua Adat yang dipercaya oleh masyarakat setempat mengadakan Ritual Adat menentukan waktu kapan ibu tersebut dapat reproduksi lagi (hamil). Maksud dari ritual ini, agar ibu tersebut terjamin akan kondisi kesehatannya, karena di daerah pedalaman pada umumnya (Suku Dani) ibu-ibu usia produktif banyak yang meninggal dunia karena melahirkan.
Sayur lilin sangat baik juga untuk ibu yang sakit karena persalinan dan sulit bersalin. caranya:
Sayur lilin dimasak bersamaan dengan sayur gedi, dikonsumsi oleh ibu yang sakit sehingga mempermudah persalinan, karena sayur gedi mengandung zat pelicin (Pelumnas) yang dapat merangsang keluarnya bayi dari rahim.
Bila seorang ibu telah melahirkan (Bersalin) tetapi plasentanya tertahan didalam Rahim, ibu tersebut dapat mengkonsumsi sayur lilin dan tulang Belut yang telah dihancurkan.
Caranya :
Sayur lilin ditumbuk agak hancur dan dicampur dengan tulang ikan belut yang telah dihancurkan dan dibungkus dengan daun pisang dan dipanggang diatas bara api, setelah matang didinginkan lalu dikonsumsi oleh ibu tersebut. Selang beberapa waktu Otomatis Plasenta dengan sendirinya keluar dari Rahim ibu tanpa keluhan atau kesakitan.
SUMBER DATA :
· Wawancara langsung dengan Bapak Hukumearek Asso. Kepala Suku besar di Distrik Mewoluk
· Wawancara langsung dengan Ibu Paulina Hisage. Selaku Dukun bersalin Desa Minimo II Distrik Yamo.
D. SUKU MEE
Masyarakat Suku Mee meyebut tanaman sayur lilin “ Yaatu ” , manfaatnya sebagai berkut :
Ø Obat Cacing.
Menyembuhkan atau mengecilkan Perut kembung karena cacingan caranya :
Sayur lilin setelah dibakar dilepas lapisan kulit luar dan mengkonsumsikan lapisan bagian dalamnya bagi penderita cacingan. Sehingga cacing pengganggu akan keluar melalui pembuangan (Anus).
Ø Obat Diare
Menghentikan diare (buang air besar yang berlebihan). caranya :
Sayur lilin dibakar hingga gosong (hangus), gosongan tersebut digosok (oles) sebagai obat gosok pada Pusat (perut) sehingga Diare akan berhenti dan perut tidak mules lagi. Dan juga setelah dibakar sayur lilin mengkonsumsi bersamaan dengan keladi bakar, sehingga beberapa saat kemudian tidak merasa sakit lagi.
Ø Obat Batuk (Batuk Berdarah)
Melancarkan batuk berdarah yang menyumbat pada saluran tenggorokan, caranya :
Sayur lilin dibuka kulit lapisan luar dan dimakan mentah tanpa dimasak kulit lapisan dalamnya. Sehingga batuk berdarah akan menyembuhkannya.
Ø Mematikan Janin (Aborsi)
Pengguguran Janin (kandungan), caranya :
Sayur lilin kecil bersisik dan Nenas muda kedua jenis tanaman itu diparut agak kasar dan dicampur, setelah itu dikonsumsi bersamaan.
SUMBER DATA.
· Hasil Wawancara Langsung Ibu Yosina Youw. Tokoh Perempuan Distrik Fawi
E. SUKU MONI
Suku Moni dinamakan tanaman sayur lilin dalam Bahasa Daerah “ Sabi ” sebagai berikut:
Ø Obat Awet Muda.
Tanaman sayur lilin juga dapat dijadikan sebagai Obat-obatan atau ramuan awet muda, caranya :
Sayur lilin dan sejenis kulit kayu yang tumbuh di daerah rawa sulit dijangkau oleh orang, diambil kulitnya dan hancurkan dengan sayur lilin, setelah itu mengkonmsi tanpa dimasak pagi, siang dan sore kurang lebih dua minggu.
Ø Obat Kontraspsi Alamiah.
Sayur lilin dapat digunakan sebagai KB alamiah dicampur dengan lemak Babi dan kulit kayu, caranya :
Sayur lilin, kulit kayu dan lemak Babi dibungkus dalam daun pandan hutan dimasak diatas bara api yang menyala, atau dikubur dalam abu setelah daun pandan dimasak didinginkan lalu dikonsumsi bersamaan dengan Keladi bakar.
SUMBER DATA:
· Wawancara langsung dengan Ibu Agnes Songgonau Tokoh Perempuan dan LSM.
F. Manfaat Umum
Setalah membaca beberapa manfaat dari Sayur lilin terhadap kehidupan masyarakat Suku Wano, Lani, Dani, Mee dan Moni maka dapat di simpulkan bahwa khasiat dari pada sayur lilin benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Papua, terutama masyarakat Pengunungan Tengah Papua sendiri.
Tanaman sayur lilin tidak hanya bermanfaat bagi masayarakat papua tapi juga dapat di manfaatkan oleh masyarakat umum (menurut Petrus Weya, SKM).
Sayur lilin juga sangat bermanfaat bagi masyarakat Papua yang hidup di daerah pegunungan mempercayai bahwa sebuah tumbuhan atau “obat” yang di takdirkan Tuhan tumbuh untuk menyelematkan orang asli Papua dari berbagai sakit penyakit yang menimpah kehidupan masyarakat. Hal ini pernah disampaikan oleh beberapa Misionaris (Iwin) dari Belanda dan (Tondies) dari Amerika, membawa Injil masuk dan tinggal di Tanah Papua, khususnya di daerah Pegunungan Papua.
III. PENUTUP
Akhirnya makalah ini telah selesai di buat dan sampai juga pada tahap akhir, yakni kesimpulan dan saran dari pada hasil penilitian ini.
A. Kesimpulan
Selama melakukan penilitian di Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua penulis menemukan banyak kekurangan yang harus segera di perbaiki, di antaranya kesehatan masyarakat yang kadang tidak stabil. Sempat bimbang, kira-kira apa jadinya masyarakat yang mendiami wilayah ini kedepannya? Dan pantaslah berpikir demikian.
Namun dengan penemuan atau hasil penelitian saya tentang sayur lilin, sangat berharap agar kesehatan masyarakat atau kebutuhan masyarkat yang selama ini terabaikan bisa di perhatikan lagi. Dan memang benar, sayur lilin menjadi “obat tradisional” untuk segala jenis penyakit yang menyerang masyarakat di Puncak Jaya khususnya dan Provinsi Papua pada umumnya.
Anugerah Tuhan memang begitu besar dengan kehadiran tumbuhan atau sayur lilin ini, yakni; untuk membantu kesehatan masyarakat secara umum. Dengan demikian, dapat di simpulkan, bahwa sayur lilin yang terdapat di daerah Pegunungan, terlebih khusus di Puncak Jaya adalah “obat tradisional” yang dapat memberikan solusi bagi kesehatan masyarakat.
B. Saran
Untuk Lembaga Akademis, dapat melakukan sebuah studi atau penilitian mendalam tentang tumbuhan sayur lilin atau dimanfaatkan sebagai “ Obat Tradisional ” ini. Penulis yakin, masih banyak manfaat dan kegunaan yang belum di temukan. Bila perlu kampus Sam Ratulangi menjadi motor pengerak untuk melakukan studi atau penelitian tentang hal ini secara mendalam. Penulis sangat yakin, jika ada tim peniliti yang datang ke daerah pegunungan untuk melakukan penelitian dengan mengambil sampel tentang tumbuhan atau apotik hidup ini, maka kemungkinan dapat di temukan kegunaan yang lebih mendalam dari pada obat ini.
.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1990. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Cetakan kel-10. Kanisius Togyakarta.
Anonimous, 2003. Bertanam Sayuran di Lahan Sempit. Redaksi Trubus Cetakan 8 Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Apriantono, A. 2006. Pengantar Buku Revitalisasi Pertanian Dan Dialog Peradaban. Kampus. Jakarta.
Nazaruddin, 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Cetakan 4 Penebar Swadaya. Jakarta.
Palungkun, R. dan A. Budiarti, 2000. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng, H. R. 1991. Bercocok Tanam Sayuran. CV. Aneka. Semarang.
Sumeru. A. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI Press Jakarata.
Sunaryono, H. 1996. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di Indonesia. Seri Porduksi Hortikultura II. Sinar Baru Algensindi. Bandung
Sutarya, R. Dan G. Grubben, 1995. Pennkdoman Bertanam Sayur Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press Bekerjasama Dengan Prosea Indonesia Bogor Dan Balai Peneltian Hortikultura Lembang. Yogyakarta
Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Cetakan ke 16. Yogyakarta.
http://www.plantamon.com / spcdtail,ptip?recid = 1479 and pop name rumput 20 % palem (28/04/2008; 17.40).
LAMPIRAN
PETA PAPUA
Foto kondisi geografis wilayah Kabupaten Puncak Jaya
Geografis wilayah arah Barat Kabupaten Puncak Jaya
Geografis wilayah arah Selatan kabupaten Puncak Jaya
Geografis wilayah arah Utara Kabupaten Puncak Jaya