Manager Komunikasi Multi Bintang, Sanny Tjan kepada Koran Jakarta mengatakan, hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 23 Agustus lalu memutuskan perombakan direksi. Direktur utama yang dulunya di jabat Frederick Willem Kurt Linck diganti Leo C.J. Evers. Kemudian Jasper Christian Hamaker diganti Chan Poh Kheng atau Danny Chan sebagai direktur keuangan.
“Masuknya Direksi baru belum akan merubah strategi perusahaan dalam waktu dekat ini, dan kami tetap fokus pada pasar domestik karena potensinya cukup besar,” katanya, Jumat (27/8).
Dua direksi yang baru tersebut, kata dia merupakan nama yang diusulkan pemegang saham mayoritas yang baru yakni Asia Pasifik Breweries Limited. Asia Pasifik telah membeli saham Heineken International BV sejumlah 13.716.570 saham yang mewakili 65,1 persen dari total modal yang ditempatkan serta 723.120 depository receipt atas saham Multi Bintang yang diterbitkan oleh Hollandsch Administratiekantoor B.V. yang mewakili kurang lebih 3,4 persen dari total modal ditempatkan dan disetor Multi Bintang.
Setelah proses tender offer selesai Sekitar Maret lalu jumlah saham yang dimiliki Asia Fasifik menjadi 75,10 persen, dengan demikian perusahaan itu mengajukan dua nama untuk ditempatkan sebagai Direksi baru di Multi Bintang.
Menurut Sanny, meskipun sudah terjadi pergantian direksi namun dalam waktu dekat ini belum ada rencana aksi korporasi. Dari strategi penjualan, kata dia perseroan masih akan fokus pada pasar domestic.
Dijelaskan, hingga Maret 2010 penjualan di pasar domestik mencapai 435,5 miliar rupiah yang berarti lebih dari 90 persen dari total penjualan yang mencapai 439,5 miliar rupiah pada periode yang sama, sedangkan nilai ekspor hanya 3,95 miliar rupiah.
Pada saat yang sama (kuartal pertama 2010), perseroan membukukan laba usaha 154,4 miliar rupiah naik 11 persen dibanding periode sama tahun lalu yang 139,1 miliar rupiah. Peningkatan laba usaha itu dipicu naiknya penjualan dari 408,7 miliar rupiah di kuartal pertama 2010 menjadi 439,5 miliar rupiah di kuartal pertama ini.
Dalam jangka panjang, perseroan menghadapi tantangan semakin tingginya harga bahan baku yang sebagian besar impor. Hingga Maret 2010 saja biaya bayan baku melonjak dari 86,8 miliar rupiah menjadi 106,7 miliar rupiah.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, industri minuman termasuk makanan pada kuartal dua tahun ini tumbuh sekitar 10 persen dan pada kuartal tiga dipreksi bisa lebih tinggi lagi karena ada perayaan Idul Fitri yang memicu konsumsi minuman dan makanan.
Angka pertumbuhan 10 persen tersebut diprediksi akan bertahan hingga akhir tahun yang berarti lebih tinggi dari capaian tahun lalu yang 6,0 persen. Pertumbuhan industri Minuman dipicu oleh makin meningkatnya daya beli masyarakat dan potensi pasar domestic yang cukup besar ditunjang oleh jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 230 juta jiwa. (gus).