Hama
Hama rumput laut umumya memangsa rumput laut sehingga akan menimbulkan kerusakan fisik terhadap thallus, dimana thallus akan mudah terkelupas, patah ataupun habis dimakan hama. Hama penyerang rumput laut dibagi menjadi dua menurut ukuran hama, yaitu hama mikro (merupakan organisme laut yang umumnya mempunyai panjang kurang dari 2 cm) dan hama makro yang terdapat dilokasi budidaya itu sendiri dan sudah dalam bentuk ukuran besar/dewasa. Hama mikro hidup menumpang pada thallus rumput laut, misalnya larva bulu babi (Tripneustes sp.) yang bersifat planktonik, melayang-layang didalam air dan kemudian menempel pada tanaman rumput laut.
Contoh lainnya adalah teripang ( Holothuria sp.) yang mula-mula menempel dan menetap pada thallus rumput laut, kemudian tumbuh menjadi besar. Larva yang sudah besar tersebut dapat memakan thallus rumput laut secara langsung dengan cara menyisipkan ujung-ujung cabang rumput laut kedalam mulutnya.
Beberapa hama makro yang sering dijumpai pada budidaya rumput laut adalah ikan Beronang (Siganus sp.) bintang laut (Protoreaster nodosus), bulu babi (Diademasetosum sp.), bulu babi duri pendek (Tripneustes sp.), Penyu Hijau (Chelonia mydas), dan ikan Kerapu (Epinephellus sp.).
Untuk menanggulangi serangan dari ikan baronang dan penyu hijau dapat dilakukan dengan melindungi areal budidaya dengan memasang pagar yang terbuat dari jaring. Serangan dari hama bulu babi, teripang dan bintang laut pengaruhnya relatif kecil pada areal budidaya yang cukup luas, namun tetap perlu diwaspadai demi keberhasilannya. Penyu hijau merupakan hama perusak terbesar dibandingkan lainnya, menyerang pada malam hari sampai habis. Untuk menanggulangi tanaman, maka areal budidaya dipagar dengan jaring.
Penyakit
Penyakit terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi, biasanya dikenal sebagai ice-ice dengan gejala timbulnya bintik-bintik/bercak-bercak pada sebagian thallus, namun lama kelamaan akan menyebabkan kehilangan warna sampai menjadi putih dan mudah terputus. Penyakit ini menyerang Eucheuma spp. terutama disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan (arus, suhu, kecerahan, dll.) di lokasi budidaya dan berjalan dalam waktu yang cukup lama.
Cara pencegahan dari penyakit ini adalah dengan memonitor adanya perubahan-perubahan lingkungan, terutama pada saat terjadinya perubahan lingkungan. Di samping itu dilakukan penurunan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi penetrasi cahaya sinar matahari.
Posted By : Irmawan syafitrianto (disampaikan pada kegiatan penyuluhan masyarakat pembudidaya rumput laut Kabupaten Jeneponto)
Sumber :
Anonim, 2006. Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru. Dinas Komunikasi Informasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Barru. Barru www.google.com. Diakses 25 April 2008
Afrianto E dan E. Liviawati. 1989. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Ariyanto, 2003. Survey dan Analisa Rumput Laut Eucheuma Cottonii. PT. Dwiya Abadi Surya Pratama. Jakarta. www.google.com. Diakses 25 April 2008
Aslan, L.M, 1998. Budidaya Rumput Laut. Edisi Revisi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta