Senin, 11 Juni 2012

Cerita Gempar yang mengaku anak Bung Karno


Semasa hidupnya, Presiden Soekarno diketahui memiliki sembilan istri. Dari istri pertama Siti Utari, hingga wanita terakhir yang dinikahinya Heldy Djafar. Namun, di luar itu, sejumlah wanita juga mengaku pernah dinikahi Soekarno dan mempunyai anak.

Dari sekian banyak yang mengaku keturunan Soekarno, nama Gempar Soekarnoputra yang paling menghebohkan. Sosoknya mirip Soekarno muda, apalagi jika memakai peci. Siapakah sesungguhnya pria yang kini aktif di Partai Barisan Nasional itu?

Berdasarkan catatan sejarah, sembilan istri Soekarno adalah Siti Utari Tjokroaminoto yang dikawini tahun 1920 dan berpisah pada tahun 1923. Kemudian Inggit Garnasih yang mendampingi Soekarno selama kurun 1923 hingga 1943.

Selanjutnya Fatmawati yang disunting pada tahun 1943 dan tidak pernah diceraikan hanya meninggalkan Istana Merdeka begitu Soekarno menikahi Hartini pada tahun 1954. Hartini mendampingi hingga Soekarno wafat pada 21 Juni 1970.

Soekarno juga menikahi Kartini Manoppo pada tahun 1959 hingga 1967. Juga ada Naoko Nemoto alias Ratna Sari Dewi yang dinikahi pada 1962 dan Haryati 1963 hingga 1966. Dua nama terakhir yang menjadi istri Soekarno adalah Yurike Sanger yang dinikahi tahun 1964 dan Heldy Djafar pada tahun 1966.

Dari sembilan istrinya tersebut, total ada sepuluh anak yang 'resmi' diakui sebagai anak Bung Karno. Dari Fatmawati, Bung Karno dikaruniai 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh.

Sedangkan dari Hartini, ada dua anak Bung Karno yakni Taufan dan Bayu. Dari Ratna Sari Dewi lahirlah Kartika. Demikian juga dari Haryati lahirlah Ayu, dan anak terakhir Soekarno berasal dari Kartini Manoppo yang diberi nama Totok.

Lalu anak siapakah Gempar Soekarnoputra? Berdasarkan pengakuan Gempar, dia merupakan anak dari istri Bung Karno yang bernama Jetje Langelo yang dinikahi di Manado 1957. Ibunda Gempar adalah putri kecantikan dan siswa teladan se-Sulawesi tahun 1953 di Manado. Gempar lahir pada 13 Januari 1958. Dari kecil hingga dewasa, dia menggunakan nama Charles Christofel.

Saat menjelang kejatuhan Orde Baru dan demonstrasi mahasiswa begitu kencang, Charles ikut turun ke jalan menyerukan agar Soeharto turun dari kekuasaan. Sang ibu kemudian memanggil anaknya pulang ke Manado. Dalam pertemuan yang terjadi pada Natal 1999, Charles mendapatkan kabar mengejutkan.

"Kamu adalah anak Soekarno." Begitu kata-kata Jetje yang dikenang Charles. Ibundanya kemudian menjelaskan panjang lebar mengapa hal ini dirahasiakan setelah puluhan tahun. Hal itu tak lain karena amanat Soekarno sendiri yang menginginkan anaknya diamankan, jika sewaktu-waktu kekuasaannya jatuh. Apalagi pada awal-awal pemerintahan Orde Baru, kata Jetje, ada operasi militer yang hendak menumpas sisa-sisa rezim Orde Lama.

Tak hanya menjelaskan, Jetje juga menunjukkan berbagai bukti yang selama ini disembunyikan. Seperti foto-foto, surat-surat, tongkat komando, keris, serta amanat yang ditulis oleh tangan Soekarno sendiri. Dalam amanat tertulis permintaan agar sang anak kelak pada saatnya ia sudah dewasa berpolitik dinamai: Muhammad Fatahillah Gempar Soekarnoputra. "Kutitipkan bangsa dan negara kepadanya!"

Menurut Gempar, ada beberapa pejabat dekat Soekarno yang mengetahui soal pernikahan ini. Seperti Mayor Sugandi (ajudan Presiden), Henk Ngantung (Gubernur DKI Jakarta), Ibnu Sutowo (kemudian menjadi Dirut Pertamina), dan Ali Sadikin.

Meski awalnya ragu, perlahan-lahan Charles Christofel mulai menerima kenyataan bahwa dirinya adalah salah satu keturunan dari Bung Karno. Dia kemudian mengubah identitasnya menjadi Muhammad Gempar Soekarnoputra. Dia pun mulai gemar memakai pakaian ala Bung Karno, lengkap dengan peci dan kacamata hitam saat bertemu publik.

Terjun ke dunia politik, pada pemilu legislatif 2004 Gempar mendirikan Partai Nasionalis Indonesia Bersatu (PNIB). Namun tidak lolos verifikasi KPU dan gagal menjadi peserta pemilu.

Gempar kemudian mendirikan Partai Barisan Nasional (Barnas) menjelang pemilu 2004 bersama sejumlah tokoh mantan pendiri Partai Demokrat. Dia menjadi wakil ketua umum dengan ketua Vence Rumangkang. Belakangan, saat kepengurusan Partai Barnas pecah, Gempar menjadi ketua dewan pembina Partai Barnas yang diketuai William Jaya Kusli.
◄ Newer Post Older Post ►