Meski dianggap orangtuanya sebagai lelaki, namun bocah 17 tahun anak ketiga pasangan suami istri, Sidi (46) dan Lamini (39) ini, tetap lebih banyak berperilaku dan melaksanakan kegiatan layaknya perempuan pada umumnya. Bahkan tidak banyak menunjukkan perilaku kelaki-lakiannya.
Oleh karena itulah, bocah malang yang mengalami keterlambatan pertumbuhan ini, kerap dianggap dan dicap warga di kampungnya memiliki kelamin ganda. Akan tetapi, orangtua tidak menganggapnya memiliki kelamin ganda. Hanya saja, kelamin (penis) Pardi hanya memiliki panjang 1 sentimeter tanpa dilengkapi 2 indung telur layaknya lelaki pada umumnya dan sesusianya.
"Saya memang ingin memiliki anak laki-laki karena anak pertama dan kedua saya perempuan. Lahirlah Pardi ini dengan penis 1 sentimeter sampai sekarang tetap saya anggap laki-laki meski perilakunya lebih banyak seperti ibunya (perempuan)," terang Sidi kepada Surya, Selasa (5/3/2013).
Lebih jauh Sidi mengungkapkan jika sejak lahir itu, penis anaknya tak dilengkapi 2 indung telur layaknya lelaki pada umumnya. Bahkan hingga usianya 10 tahun masih sering sakit-sakitan di bagian perutnya setiap sebulan sekali.
Beruntung, sekarang keluhan itu sudah tak pernah dirasakan anak ketiganya itu. Akan tetapi, karena sakit-sakitan hampir selama 10 tahun serta seringkali panas dan kejang itu membuat pertumbuhan anaknya tidak normal seperti orang pada umumnya. Meski usianya 17 tahun, masih terlihat seperti anak berusia 6 sampai 7 tahun.
Selain itu, juga tidak bisa berbicara lancar, terkecuali hanya mengucapkan kata Bapak dan Mak (ibu) serta makan.
"Tetapi, kalau uang mengerti. Karena sering diminta ibunya belanja jika kurang kembaliannya mengerti. Sampai sekarang suka membantu ibunya terutama memasak dan mencuci," ungkap bapak 5 anak ini di rumahnya yang sederhana.
Disamping itu, Pardi mengaku sudah sejak lama ingin mengoperasikan anaknya agar menjadi lelaki sejati. Akan tetapi, terhalang biaya.
"Jangankan operasi, untuk makan anak-anak saja saya bekerja apa adanya termasuk ibunya. Makanya anak-anak saya paling tinggi lulus SMP," ucapnya.
Kendati demikian, Sidi berharap ada bantuan agar anaknya Pardi yang lahir 22 Desember 1995 itu mendapatkan bantuan operasi untuk menentukan dan menormalkan jenis kelaminnya agar menjadi laki-laki. Namun, selama ini petugas yang datang ke rumahnya hanya sebatas mendata dan tidak ada tindak lanjutnya.
"Kalau memang ada bantuan operasi pemerintah saya menerimanya. Saya juga pegang kartu Jamkesmas, tetapi untuk yang baru belum mendapatkan kartunya," pintahnya.
Jika bantuan itu datang, Sidi mengaku sangat bersyukur. Alasannya dengan operasi anak ketiganya itu, 5 anak jenis kelaminnya jelas, yakni 3 perempuan dan 2 laki-laki.
"Untung saya ada Sudiono (adik Pardi) yang sekarang sering membantu saya ke sawah dan ke hutan mencari kayu," ungkapnya.
Ketua Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Kabupaten Madiun, Supriyadi memaparkan seharusnya petugas puskesmas terdekat mendatangi rumah Pardi untuk melihat dan mengecek kondisinya. Jika orangtuanya mengharapkan bantuan operasi harus segera dilaksanakan karena orangtua dengan 5 anak itu hidup dalam kondisi dibawah garis kemiskinan. Bahkan rumahnya masih terbuat dari kayu dan lantainya tanah.
"Kan keluarga ini memiliki Jamkesmas harusnya sejak dulu, ketika diperiksa puskesmas dan rumah sakit orangtuanya ditawari operasi kelamin agar jelas kelaminnya dan menjadi lelaki normal. Karena yang saya tahu selama ini dianggap warga berkelamin ganda. Itulah yang membuat perasaan Pardi seringkali minder," tegasnya.
Semenatara, secara terpisah Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Madiun, Aries Noegroho meyakinkan dengan diagnosa kelainan kelamin itu bisa dilaksanakan asalkan di rumah sakit kelas A milik propinsi Jawa Timur jika mengandalkan kartu Jamkesmas.
sumber:
http://koplernews.blogspot.com/2013/03/kasihan-penis-pria-ini-panjangnya-cuma.html