Senin, 04 Juni 2012

Cerita Dewasa Pesta Seks di Villa Customerku - Bag.2

Cerita Dewasa - Malam itu, ternyata dia membawa sopir, Mail namanya, masih muda dan dari mukanya tampak mengagumi keseksianku. Mail tinggal disekitar vila, rupanya dia sering disuruh nyetirin mobil mas Hide. Memang aku mengenakan blus yang berdada rendah sehingga belahan toketku menyembul keluar. “Nes, Mail dari tadi ngeliatin kamu terus tuh” katanya berbisik.”Ah.. Masa sih” jawabku tertawa. “Iya tuh.. Lihat aja di kaca spion”. Memang terkadang Mail melirik kaca untuk melihatku yang duduk di kursi belakang bersama mas Hide. Melihat itu, rasa isengnya pun muncul. “Kita godain yuk..” ajaknya sambil merengkuh pundakku. Dia mengelus-elus pundakku. “Jangan ah.. Malu” jawabku. “Nggak apa deh.. Coba aja..” katanya sambil mulai menciumi pipiku. Aku kemudian tak menolak dan kamipun berciuman. Mail tampak makin sering melirikkan matanya lewat kaca. “Awas. Nanti nabrak gimana” bisikku sambil tertawa.

Dia mencium bibirku kembali dan menjilati leherku. Belahan toketku diusap2nya,. Kulihat Mail melotot lewat kaca spion melihat adegan itu. Blusku dibukanya, sehingga aku hanya mengenakan bra yang tipis. pentilku tampak menonjol, sudah mengeras. Perlahan dia menciumi toketku. Aku mulai mendesah perlahan ketika pentilku dihisapnya dari balik braku. Mobil pun terasa berjalan makin perlahan. Setelah puas menikmati toketku, dia menciumku kembali. “Tuh lihat dia udah terangsang Nes..” katanya. “Mas nakal ihh..” jawabku manja.
“Kamu gantian dong.. Hisap kont*lku” katanya lagi.Sambil tertawa kubuka retsleting celananya sekaligus dengan CDnya, sehingga kont*lnya yang sudah tegang membengkak mencuat keluar. kont*lnya mulai kukocok-kocok perlahan. Kulihat Mail menonton adegan kami engan penuh nafsu. Dia mendorong kepalaku ke arah kont*lnya. “Isep Nes..” desahnya ketika mulutku mulai mengulum kepala kont*lnya. kont*lnya kukocok2 perlahan. “Nikmat Nes” erangnya. Dia menyibakkan rambut yang menutupi wajahku, sehingga Mail dapat melihat dengan jelas tonjolan dipipiku yang disesaki kont*lnya. “Terus Nes, enak banget.., ” katanya lagi. Akupun mengeluarkan kont*lku dari mulutnya dan mulai menjilatinya. Kemudian kont*lnya kujejalkan dalam mulutku. Dia mengelus-elus rambutku, ketika mulutku memompa kont*lnya. Tidak lama, karena kita sudah sampe ditempat makan. Kami mengisi perut sekenyangnya.

Dalam perjalanan pulang ke vila, mas Hide malah lebih gila lagi. Rupanya selama makan napsunya tetep berkobar2 sehingga kont*lnya ngaceng terus. aku disuruhnya duduk di atas pangkuannya sambil menghadap ke depan. Dia menciumi pundakku, ketika dia menyibakkan rokku dan CDku dan mengarahkan kont*lnya yang sudah berdiri tegak lepas dari CDnya, ke mem*kku. “Ohh.. mas, besarnya.. Enak.. Ahh.. ent*tin Ines mas”, desahku. Dia mengenjotkan kont*lnya keluar masuk mem*kku, gerakannya terbatas karena aku ada pangkuannya. Braku dilepasnya dan toketku yang berayun-ayun seirama enjotannya diremasnya. mengenjot mem*kya. Kulirik kaca spion dan tampak Mail melotot menyaksikan aku yang sedang mendesah-desah nikmat di atas pangkuan mas Hide. “Ohh.. Mas.. Enak Mas.. Enjot terus mas..” kataku sambil melingkarkan tanganku ke belakang merengkuh kepalanya. Dia menciumku bibirku sebentar dan kemudian menghisap toketnya sambil terus mengenjot mem*kku. “Ohh mas.. enak banget.. besar banget.. ” eranganku semakin menjadi, dan tak lama aku pun menjerit. Tubuhku menggelinjang-gelinjang dalam dekapannya. Tak lama, diapun mengerang nikmat ketika ngecret dalam mem*kku. Kamipun melepas lelah sejenak sambil berciuman kembali. “Enak ya Mas” kataku sambil mengenakan kembali blusku, braku tidak kupakai lagi. Dia membereskan CD dan celananya. “Luar biasa” jawabnya. “Mail enak ya dapat pemandangan gratis” kataku sambil tertawa.

Sesampainya di villa,Aku masuk kekamar mandi yang menjadi satu dengan kamar tidur. Selang beberapa saat aku keluar lagi hanya mengenakan lilitan handuk dibadanku tanpa pakaian lainnya lagi. “Udah siap lagi ya Nes”, dia menggangguku. “Iyalah mas, kan kita kesini untuk ngent*t. Kata mas mau ngent*tin Ines sampe loyo”, jawabku. Belahan dadaku sedikit tersembul dibalik handuk yang menutup dada serta pahaku. Melihat itu sepertinya dia napsu lagi. Luar biasa juga taminanya, gak puas2nya dia ngent*ti aku. kont*lnya menjadi berdiri tegang. Kelihatan sekali dibalik CDnya. Dia juga sudah melepaskan semua pakaiannya, dan berbaring di ranjang. “Maaas…. ngelihatnya kok begitu amat sih ?” kataku sambil berjalan menuju kaca.

Aku duduk di depan kaca sambil menumpangkan pahaku kepaha satunya. “Nes…. sudah malam nih…. kita tidur saja…” katanya. “Mau tidur atau nidurin Ines mas”, godaku. “Tidur setelah nidurin kamu lagi dong”, jawabnya. Aku berbaring disebelahnya, segera lilitan handukku dilepaskannya sehingga telanjang bulatlah aku. Toketku dielus2nya. “Nes, kamu seksi sekali, mana binal lagi kalo lagi dient*t. Jadi istriku saja mau nggak. Kita bisa ngent*t tiap malem”, katanya merayu. Aku hanya tersenyum, tidak menjawab rayuannya. Elusan tangannya di toketku berubah menjadi remasan remasan halus. “Maaaaaaaaas…. “, aku memeluknya. Dia memelukku juga serta mencium bibirku. Aku begitu menggebu gebu melumat bibirnya, kujulurkan lidahku kedalam mulutnya. Nafasku menjadi cepat serta tidak beraturan. Setelah beberapa saat kami berciuman, akus menggerakkan dan menggeser badanku sehingga sekarang sudah berada di atas badannya. Aku semakin ganas saja dalam berciuman. Dia memeluk badanku rapat2 sambil menciumiku.

Kemudian aku menciumi lehernya dan terus turun kearah dadanya. Dia berdesis “Nes…. ssssssshhhh.” Aku terius menciumi badannya, turun ke bawah dan ketika sampai disekitar pusarnya, kucium sambil menjilatinya sehingga terasa sekali kont*lnya kian menegang dibawah CDnya. “Nes….. adduuuuuhh” dan aku secara perlahan lahan terus turun dan ketika sampai disekitar kont*lnya, kucium dan kuhisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya dari balik CDnya. “Sssssssshhh… Nes… lepasin CDku” katanya lagi. Segera kulepas CDnya, dia mengangkat pantatnya supaya aku bisa memelorotkan CDnya. kont*lnya sudah ngaceng keras sekali, mengacung ke atas. Kupegang kont*lnya dan kukocok pelan pelan. kont*lnya kumasukkan kemulutku. “Aaaaaaaaaaaaaaahh……”, teriaknya keenakan.

Aku segera menaik turunkan mulutku pelan2 dan sesekali kusedot dengan keras. “Nes….. enaaaaaaakkk. Ayoooo…. doooong… Nes….. Nesiiiii….. aku… juga kepingin” , katanya sambil menarik badanku. Aku mengerti kemauannya dan kuputar badanku tanpa melepas kont*lnya dari mulutku. Posisi nya sekarang 69 dan aku berada diatas badannya. mem*kku yang dipenuhi jembut yang lebat dijilatinya. Aku menggelinjang seSantip kali bibir mem*kku dihisapnya. Dengan mulut yang masih tersumpal kont*lnya aku bergumam. Dia membuka belahan mem*kku pelan2 dan dijulurkannya lidahnya untuk menjilati dan menghisap hisap seluruh bagian dalam mem*kku. Kulepas kont*lnya dari mulutku sambil mengerang “maaaaaas…. oooohhh”, sambil berusaha menggerak gerakkan pantatku naik turun sehingga sepertinya mulut dan hidungnya masuk semuanya kedalam mem*kku. “Maaaaas….. teruuuuuss… maaaaaaas” Apalagi ketika itilku dihisap, gerakan pantatku yang naik turun itu makin kupercepat sambil mengerang lebih keras “maaaaaas…. teeruuuuuuss”. Itilku terus dihisap hisapnya dan sesekali lidahnya dijulurkan masuk kedalam mem*kku. Gerakan pantatku semakin menggila dan cepat, semakin cepat dan akhirnya “maaaaaaaaaaasss….. akuuuuuuuuu…. nyampeee”, sambil menekan pantatku kuat sekali kewajahnya. Aku terengah engah. Perlahan lahan dia menggeser badanku kesamping sehingga aku tergeletak di tempat tidur. Dengan masih terengah2 aku memanggilnya “Maaaaaass……. peluk Ines….. maaaaas… ” dan segera saja dia memutar posisi badannya lalu memelukku dan mencium bibirku.

Mulutnya masih basah oleh cairan mem*kku. “Maaaas….. “,kataku dengan nafas nya sudah mulai agak teratur. “Apaa… Nes…. “sahutnya sambil mencium pipiku. “Maaaas…..nikmat banget ya dengan mas, baru dijilat saja Ines sudah nyampe. Ines mau deh jadi istrinya mas, asal dient*t, dikasi nikmat kaya begini Santip malem”, kataku manja. “Nes sekarang…… boleh gak akuuuuuuuu…… “, sahutnya sambil meregangkan kedua kakiku. Dia mengambil ancang2 diatasku sambil memegang kont*lnya yang dipaskan pada belahan mem*kku. Perlahan terasa kepala kont*lnya menerobos masuk mem*kku. Dia mengulum bibirku sambil menjulurkan lidahnya kedalam mulutku. Aku menghisap dan mempermainkan lidahnya, sementara dia mulai menekan pantatnya pelan2 sehinggga kont*lnya makin dalam memasuki mem*kku dan…. bleeeeeeeeeeeeeesss…… kont*lnya sudah masuk setengahnya kedalam mem*kku. Aku berteriak pelan… “aaaaaaaaaaaaaahh…… maaaaaass…… “sambil mencengkeram kuat di punggungnya. Kedua kakiku segera kulingkarkan ke punggungnya, sehingga kont*lnya sekarang masuk seluruhnya kedalam mem*kku. Dia belum menggerakkan kont*lnyau karena aku sedang mempermainkan otot2 mem*kku sehingga dia merasa kont*lnya seperti dihisap hisap dengan agak kuat. “Nes….. teruuuuus….. Nes…. enaaakkk… sekaliiii… Nes….”, katanya sambil menggerakkan kont*lnya naik turun secara pelan dan teratur. Aku secara perlahan juga mulai memutar mutar pinggulku. SeSantip kali kont*lnya ditekan masuk kedalam mem*kku, aku melenguh “sssssssshhhh….. maaass”, karena kurasakan kont*lnya menyentuh bagian mem*kku yang paling dalam. Karena lenguhanku, dia semakin terangsang dan gerakan kont*lnya keluar masuk mem*kku semakin cepat. Aku semakin keras berteriak2, serta gerakan pinggulku semakin cepat juga. Dia semakin mempercepat gerakan kont*lnya keluar masuk mem*kku. Aku melepaskan jepitan kakiku di pinggangnya dan mengangkatnya lebar2, dan posisi ini mempermudah gerakan kont*lnya keluar masuk mem*kku dan terasa kont*lnya masuk lebih dalam lagi.

Cerita Panas - Tidak lama kemudian kurasakanrasa nikmat yang menggebu2, kupeluk dia semakin kencang dan akhirnya “ayoo…. maaaaaaaass…. akuuuuuuu….mauuuuuuu…… keluaaaaaar…. maaaaas” “Tungguuuuuu….. Nes…….kitaaaaaa… .samaaaaa… samaaaa”, sahutnya sambil mempercepat lagi gerakan kont*lnya. “Adduuuuuuhh… maaaaas….. Ines… nggaaaaak…… … tahaaaaaaaaan… maaaaaas… ayooooooo….. se…. karaaaaaang…” , sambil melingkarkan kembali kakiku di punggungnya kuat2. “Nes…… … akuuuuu… jugaaaaaaaaaaa…”, dan terasa …… creeeeeeet….creeeeeet…. crrreeettt..pejunya muncrat keluar dari kont*lnya dan tumpah didalam mem*kku. Terasa dia menekan kuat2 kont*lnya ke mem*kku. Dengan nafas yang terengah engah dan badannya penuh dengan keringat, dia terkapar diatasku dengan kont*lnya masih tetap ada didalam mem*kku. Setelah nafasku agak teratur, kukatakan didekat telinganya “Mas…… terima kasih ya. Ines puas banget barusan,” sambil kukecup telinganya. Dia tidak menjawab atau berkata apapun dan hanya menciumi wajahku. Setelah diam beberapa lama lalu aku diajaknya membersihkan badan di kamar mandi dan terus tidur sambil berpelukan.

Paginya aku terbangun kesiangan. Mungkin karena cape dient*t aku jadi tidur dengan pulas. Ketika terbangun dia sudah tidak ada disebelahku. Aku ke kemar mandi, membasuh muka dan sikat gigi, kemudian dengan bertelanjang bulat aku keluar kamar. Aku terkejut karena di meja makan dia sedang ngobrol dengan Mail dan seorang cewek. Aku segera masuk ke kamar lagi, walaupun Mail sempat ternganga melihat kemolekan badanku yang telanjang. Aku mengenakan kimono punya dia, sehingga kebesaran.

Aku bergabung dengan mereka dimeja makan. Aku dikenalkannya ke cewek abg itu. Namanya Santi. Manis juga anaknya, mengenakan jeans ketat dan tank top yang juga ketat sehingga menonjolkan lekuk liku badannya yang merangsang. Tangannya berbulu panjang dan terlihat ada kumis tipis diatas bibir cewek itu. Pasti jembutnya lebat sekali dan cewek yang kaya begini yang disukai dia. Aku mengambil roti dan membuat kopi, yang lainnya kelihatannya sudah selesai sarapan. Mereka menemaniku sarapan sambil ngobrol santai. Kayanya Santi centil banget ngobrolnya dengan dia. Aku sudah membaca skenarionya, kayanya dia minta dicarikan cewek abg oleh Mail, cuma yang aku nggak ngerti kenapa diantarkannya pagi ini bukan tadi malem. Setelah aku selesai sarapan, dia mengajak aku dan yang lainnya berenang.

Segera aku mengenakan kembali daleman bikiniku yang kemarin. Mail makin menganga melihat jembutku yang nongol dari balik CD minimku. “Mbak, jembutnya lebat sekali”, katanya. “Suka kan kamu ngeliatnya”, jawabku. “Jembut Santi juga pasti lebat, lebih lebat dari jembutku”. Santi sudah memakai bikininya juga. Toketnya yang montok tidak tertutup oleh bra bikininya yang kekecilan, dan jembutnya benar lebih lebat dari jembutku, nongol dari samping dan atas CD bikininya yang sangat minim, lebih minim dari CDku. Dia kayanya napsu banget lihat bodinya Santi. Aku mengerti sekarang skenarionya, kayanya dia mau ngent*t dengan Santi dan aku akan dient*t Mail. Kulihat Mail yan menelan ludahnya memandangi bodiku. Orangnya ganteng juga, badannya tegap walaupun tidak setegap mas Hide.

Mas Hide hanya memakai celana pendek dan kelihatan sekali kont*l besarnya sudah ngaceng dengan keras. Mail melepaskan pakaiannya sehingga hanya mengenakan CD saja. kont*lnya juga sudah ngaceng, kelihatannya besar juga walaupun tidak sebesar kont*l mas Hide. Kami menuju ke kolam renang di kebun belakang. Kemarin cuma ada satu dipan, sekarang sudah ada 2, dan letaknya berjauhan, di masing2 sisi kolam. Aku memilih dipan yang kemarin aku pakai untuk ngent*t dengan mas Hide. Mas Hide sudah mulai menggeluti Santi di dipan satunya. Mail duduk disebelahku yang sudah berbaring di dipan. Dia mulai mengelus2 pundakku. Aku tau, dia pasti sudah napsu sekali. Segera saja kuelus2 kont*l Mail dari luar CDnya, kemudian kuremas perlahan. “kont*lmu besar juga ya”, kataku sambil makin keras meremas kont*lnya. Tanganku menyusup kedalam CDnya dan langsung mengocok2 kont*lnya. Ngacengnya sudah keras banget. “Aku lepas ya CD kamu”, kataku sambil memelorotkan CDnya. kont*lnya yang lumayan besar langsung ngacung keatas.

Aku udah gak sabar pengen merasakan kont*lnya keluar masuk mem*kku. Aku jadi teringat pengalaman dient*t pak Mat kemarin siang. Aku duduk dan memeluknya serta mencium bibirnya. Mail langsung memelukku kembali, bibirnya pun menghisap2 bibirku sedang tangannya mulai meremas2 toketku yang sudah mengeras. Tangannya nyelip kedalam bra ku dan memlintir pentilku yang juga sudah mengeras. “Mbak sudah napsu ya, pentilnya sudah keras. mem*knya pasti udah basah ya mbak”, katanya lagi. Sepertinya dia sudah pengalaman juga dalam urusan perngent*tan. Aku mulai menyentuh dan mengelus kont*lnya “yyaa.. pegang Mbak” desisnya. Mail sekarang yang berbaring sedang aku menelungkup diatasnya. kont*lnya mulai kujilat. kont*l terus kukocok sambil meremas biji pelernya. “Aku isep ya kont*l kamu *****. gede juga” kataku sambil menurunkan kepalaku dan memasukkan kont*lnya ke mulutku. “Ohh.. sshh, nikmat banget mbak” erangnya.

Aku menjilati kepala kont*lnya, kuisep sambil terus kukocok2. Sesekali kumasukan semua kedalam mulutku sambil kukenyot. “Oohh.. enak banget mbaak” teriaknya keenakan. Aku berhenti menghisap kont*lnya tapi terus kukocok2.”Isep lagi Mbak.. isep lagi.. enak banget” katanya. Kembali kont*lnya kukocok sambil kupelintir pelan. “sshh.. Oohh.. eennaakk bbannggett Mbak. enak banget.. terus Mbak” desisnya. Aku terus melakukan aktiVitas tanganku. “Mbak isep lagi donngg.. jangan pake tangan aja.. ayo donk Mbak” pintanya memohon. Aku hanya tersenyum dan mulai menghisap lagi. Kali ini benar benar hot isapanku, kepalaku bergoyang kekiri kanan dan naik turun berkali kali sementara tanganku terus mengocok dan memutar batang kont*lnya. “Mbak aku mau keluarr.. aku mau keluar nih” katanya. Badannya mulai menegang. Aku terus menghisap ‘kont*lnya sambil terus memutar dan mengocok batang kont*lnya yang makin menegang keras. “Terus mbak, isep terus” jeritnya.

Aku terus menghisap kont*lnya dan akhirnya “ccrreett.. ccrreett.. ccrreett..”, pejunya muncrat dimulutku. kont*lnya terus kuhisap. Terasa dia ngecret 5 kali didalam mulutku. Pejunya kuludahkan dan kubersihkan mulutku yang belepotan sisa pejunya. Dia duduk disebelahku dan mencium pipiku “Makasih ya..
◄ Newer Post Older Post ►