Para dokter dan pakar nutrisi di Amerika Serikat tengah memperdebatkan anggapan bahwa susu bukanlah minuman yang cukup bernutrisi bagi tubuh. Bahkan ada sekelompok dokter yang mengatakan bahwa sebaiknya susu dikeluarkan dari daftar menu makan siang di sekolah.
Perang terhadap susu nampaknya makin gencar selama beberapa tahun terakhir. Awalnya, susu coklat dianggap sarat gula sehingga kemudian dihapuskan dari menu makan siang di sekolah. Namun saat ini, beberapa pihak menganggap susu apapun tak terlalu bermanfaat bagi kesehatan.
Sekelompok dokter mengajukan petisi kepada pemerintah AS pada hari Kamis (19/7/2012) lalu. Tuntutannya adalah untuk menghapus susu dari kelompok makanan yang dimasukan Program Nasional Makan Siang Sekolah, program federal yang memberikan makan siang kepada jutaan anak sekolah sejak tahun 1946. Alasannya karena susu tidak membantu melindungi tulang anak-anak.
Menurut para dokter yang tergabung dalam Physicians Committee for Responsible Medicine (PCRM), promosi susu untuk membantu perkembangan tulang kuat pada anak-anak pada dasarnya adalah promosi dan efek yang ditimbulkan hanyalah efek plasebo. Susu banyak mengandung gula, protein dan lemak yang tidak begitu bermanfaat untuk kesehatan tulang.
PCRM mencatat bahwa produk susu merupakan sumber lemak jenuh dalam makanan khas orang Amerika. Minum susu untuk memperoleh kalsium tidak dapat dibenarkan karena kalsium harian bisa diperoleh dari sumber makanan lain yang lebih bergizi. Dan bagi jutaan orang Amerika yang alergi terhadap susu atau memiliki intoleransi laktosa, minum susu justru berisiko bagi kesehatan.
"Salah satu alasan mengapa banyak orang membicarakan atau mempromosikan susu adalah karena manfaatnya dalam membantu pembentukan tulang yang kuat. Penelitian saat ini telah menemukan dengan jelas bahwa susu tidak membantu memperkuat tulang. Baik pada anak-anak maupun orang tua, susu tidak memiliki manfaat bagi tulang," kata Dr Neal Barnard, Presiden PCRM seperti dilansir Time Healthland, Minggu (22/7/2012).
Pada bulan Maret 2012, sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine memantau 6712 orang anak selama lebih dari 7 tahun. Pola makan dan kemungkinan patah tulang pada anak-anak diamati secara detil. Para peneliti menemukan bahwa baik kalsium maupun asupan susu tidak menurunkan risiko patah tulang.
Demikian pula penelitian berjudul Nurses’ Health Study pada tahun 2003 yang memantau lebih dari 72.000 orang wanita menopause selama 18 tahun. Hasilnya menemukan bahwa peminum susu tidak berkurang risikonya mengalami patah tulang pinggul daripada yang tidak minum susu.
Namun hal ini bukan berarti kalsium tidak penting untuk kesehatan tulang. Mineral ini sangat penting untuk membangun kesehatan tulang dan gigi, terutama pada remaja ketika tulang tumbuh paling cepat dan menjaga fungsi otot jantung dan saraf. Yang dipermasalahkan, minum susu rendah lemak 3 gelas per hari seperti yang direkomendasikan pemerintah AS tidak menjamin memenuhi asupan kalsium yang dibutuhkan.
Jumlah kalsium yang diserap tubuh tergantung dari makanan dan berbagai faktor lain, misalnya gen, asupan vitamin D , kebiasaan berolahraga dan pengaruh makanan lainnya. Protein hewani, sodium dan kafein diketahui dapat mencegah penyerapan kalsium.
PCRM dengan tegas menyatakan, susu bukanlah minuman sempurna untuk mendapat asupan kalsium. Kalsium dapat diperoleh dari sumber lain yang lebih sehat seperti kacang, tahu, brokoli, sereal dan minuman yang diperkaya kalsium seperti jus jeruk dan susu kedelai. Namun banyak ahli gizi yang masih berpendapat bahwa susu merupakan sumber utama kalsium dan cara termudah untuk memenuhi kebutuhan mineral harian.
"Saya pikir tidak bertanggung jawab jika menghapus minuman yang disukai anak-anak dari daftar makan siang, terutama bagi yang tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi hariannya," kata Keri Gans, ahli diet terdaftar dan penulis buku 'The Small Change Diet'.
Dr Gans berpendapat, jika manfaatnya bagi kesehatan tulang dianggap berlebihan, susu masih banyak mengandung nutrisi penting lainnya seperti vitamin A, protein, kalium, riboflavin, niasin, vitamin B12 dan fosfor. Penelitian di tahun 2008 terhadap lebih dari 7.550 orang anak menemukan bahwa minum susu meningkatkan asupan gizi secara keseluruhan dan tidak menyebabkan pertambahan berat badan.
Jadi, apakah susu akan dihapus dari daftar makan siang di sekolah? Hingga saat ini, perdebatan ini masih belum menemukan ujung pangkalnya.
http://www.klikunic.com/2012/07/susu-tak-lagi-dianggap-bermanfaat-untuk.html