“Dasar gila! Nih orang pengin ngajarin orang untuk jualan narkoba?” Tentu saja tidak. Absolutely NO! Dalam hal ini, saya hanya ingin memberikan contoh bahwa para penjual nbarkoba punya system yang sangat unik sehingga peredaran narkoba bisa dilakukan dengan sangat cepat. Para penjual narkoba bisanya memberikan narkoba secara gratis terlebih dahulu, dan setelah mereka menjadi pecandu, baru para pecandu ditawari narkoba dengan harga tertentu.
Sekali lagi saya tekankan saya tidakmengajarkan pada anda untuk menjadi Bandar atau pengguna narkoba. Saya hanya ingin mengatakan bahwa kita sebenarnya bisa menggunakan teknik itu untuk tujuan yang positif., yakni untuk meningkatkan pemasaran produk / jasa kita, atau untuk memberikan manfaat positif kepada seseorang. Yang harus dicamkan adalah sesuatu yang gratis tersebut harus menguntungkan pelanggan bukan merugikan (misalnya narkoba), misalnya dengan memberikan voucher gratis klab kebugaraan yang tidak bagus pasarnya (sepi pengunjung); bisa juga berupa voucher berenang gratis untuk anak anak sekolah dengan selalu mengukur efektifitasnya. Kalau kita hitung biaya cetak voucher tersebut hanya sekitar Rp 500 per buah. Tapi kita bisa mengatakan voucher renang gratis tersebut senilai Rp 80.000 ( dalam hal ini kita harus jujur bahwa memang sebenarnya untuk berenang di tempat tersebut setiap orang harus membayar Rp 80.000 karena tempatnya memang benar-benar menarik dan nyaman).
Dengan begitu ketika seorang seorang anak mendapatkan voucher itu ia akan memberitahukan hal tersebut pada orang tuanya, “ Pa .. ini ada voucher renang gratis senilai Rp 80.000. Papa mau nemenin saya?” tentu saja demi anak tercintanya biasanya orang tua tidak keberatan memnemani anaknya. Hanya dengan mengeluarkan voucher seharga Rp 500, akhirnya klab tersebut mampu menghasilkan Rp 160.000 karena kedua orang tua anak tersebut juga ikut berenang. Belum lagi ditambah dari hasil penjualan makanan di restoran dan sebagainya. Jadi yang terpenting mereka diminta mencoba dulu, stelah kecanduan baru bayar lebih mahal dengan menggunakan Funneling. Pada waktu mereka selesai berenang, langsung tawari mereka paket membership.
Dengan begitu ketika seorang seorang anak mendapatkan voucher itu ia akan memberitahukan hal tersebut pada orang tuanya, “ Pa .. ini ada voucher renang gratis senilai Rp 80.000. Papa mau nemenin saya?” tentu saja demi anak tercintanya biasanya orang tua tidak keberatan memnemani anaknya. Hanya dengan mengeluarkan voucher seharga Rp 500, akhirnya klab tersebut mampu menghasilkan Rp 160.000 karena kedua orang tua anak tersebut juga ikut berenang. Belum lagi ditambah dari hasil penjualan makanan di restoran dan sebagainya. Jadi yang terpenting mereka diminta mencoba dulu, stelah kecanduan baru bayar lebih mahal dengan menggunakan Funneling. Pada waktu mereka selesai berenang, langsung tawari mereka paket membership.