Sebuah riset terbaru yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan bahwa akar tumbuhan pasak bumi (Eurycoma longifolia) mempunyai khasiat melindungi organ hati dari kerusakan.
Selama ini, masyarakat secara turun-temurun mempercayai pasak bumi sebagai ramuan untuk meningkatkan gairah seksual kaum pria. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan pasak bumi sebagai tonikum bagi ibu-ibu yang baru melahirkan, pengobatan pembengkakan kelenjar, demam, dan juga disentri.
Namun kini akar pasak bumi dibuktikan khasiatnya oleh Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, mahasiswa S3 Program Studi Biologi Sekolah Pascasarjana IPB dalam risetnya yang berjudul “Pengujian Aktivitas Hepatoprotektor Akar Pasak Bumi. Dalam riset ini, ramuan dari ekstrak akar pasak bumi diuji efektivitasnya terhadap fungsi hati pada binatang tikus.
“Hasil penelitian ilmiah menunjukkan pasak bumi berkhasiat dalam disfungsi seks, antimalaria, dan sitotoksik (peracunan sel). Sedangkan penelitian pengaruh pasak bumi melindungi hati dari kerusakan belum banyak dilakukan,” kata Ruqiah.
Dalam penelitiannya, Ruqiah menghabiskan 12,5 kilogram akar pasak bumi kering. Akar pasak bumi kering dihaluskan menjadi bubuk dan diekstraksi dengan larutan metanol 50 persen. Kemudian, dipartisi berulang-ulang dengan n-heksan, dipekatkan dengan vacuum rotavapor.
Hasil partisi ini masih melalui proses beberapa tahapan lagi, hingga diperoleh ekstrak yang diharapkan. Ekstrak tumbuhan asli Indonesia ini lalu diujicobakan pada tikus jantan Sprague Dawley umur 2-3 bulan. Sebelumya, semua tikus percobaan diberi karbon tetraklorida dengan dosis 0,1; 1,0 dan 10,0 mililiter per kilogram.
Karbon tetraklorida ini bersifat meracuni hati dan mengakibatkan nekrosis (kerusakan sel) tikus. Hewan percobaan dibagi tiga kelompok, tiap kelompok terdiri dari tiga ekor. Kelompok pertama, tikus yang diberi air suling. Kelompok kedua, tikus yang diberi “Silybum marianum”. Kelompok ketiga, tikus yang diberi ekstrak akar pasak bumi. Perlakuan tikus ini berlangsung selama tiga bulan.
Pada pemberian ekstrak akar pasak bumi dosis 500 miligram per kilogram berat badan tidak mengakibatkan perubahan kadar enzim hati, yakni enzim “Aspartate Transaminase”, enzim “Alanin Aminotransferaz”, dan “Alkalenfosfataz”, protein total, bilirubin total, direk dan indurek.
Gambaran ini menunjukkan secara keseluruhan sel-sel hati tidak mengalami perubahan. Dosis fraksi metanol air akar pasak bumi kemudian dinaikkan menjadi 1.000 mililiter per kilogram berat badan. Pada dosis ini, ekstrak akar pasak bumi menunjukkan aktivitas hepatoprotektor. Hal ini ditandai kadar enzim Aspartate Transaminase dan Alanin Aminotransferaz masih dalam kisaran normal. Selain itu, gambaran histopatologi (jaringan yang terpapar penyakit)-nya sebanding dengan pemberian silymarin.
Silybum marianum (Milk Thistle) adalah jenis tumbuhan sudah dikenal peranannay sebagai hepatoprotektor. Oleh karenanya, dalam penelitian itu Ruqiah menggunakan Silybum marianum sebagai pembanding. Tumbuhan ini dilaporkan mampu melindungi hati dari berbagai jenis racun, parasetamol, alkohol, carbon tetraklorida, D-galaktosamin, radiasi, penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, pengelupasan hati dan virus hepatitis.
Source :Kompas.co.id
http://anekaplanta.wordpress.com/
Selama ini, masyarakat secara turun-temurun mempercayai pasak bumi sebagai ramuan untuk meningkatkan gairah seksual kaum pria. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan pasak bumi sebagai tonikum bagi ibu-ibu yang baru melahirkan, pengobatan pembengkakan kelenjar, demam, dan juga disentri.
Namun kini akar pasak bumi dibuktikan khasiatnya oleh Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, mahasiswa S3 Program Studi Biologi Sekolah Pascasarjana IPB dalam risetnya yang berjudul “Pengujian Aktivitas Hepatoprotektor Akar Pasak Bumi. Dalam riset ini, ramuan dari ekstrak akar pasak bumi diuji efektivitasnya terhadap fungsi hati pada binatang tikus.
“Hasil penelitian ilmiah menunjukkan pasak bumi berkhasiat dalam disfungsi seks, antimalaria, dan sitotoksik (peracunan sel). Sedangkan penelitian pengaruh pasak bumi melindungi hati dari kerusakan belum banyak dilakukan,” kata Ruqiah.
Dalam penelitiannya, Ruqiah menghabiskan 12,5 kilogram akar pasak bumi kering. Akar pasak bumi kering dihaluskan menjadi bubuk dan diekstraksi dengan larutan metanol 50 persen. Kemudian, dipartisi berulang-ulang dengan n-heksan, dipekatkan dengan vacuum rotavapor.
Hasil partisi ini masih melalui proses beberapa tahapan lagi, hingga diperoleh ekstrak yang diharapkan. Ekstrak tumbuhan asli Indonesia ini lalu diujicobakan pada tikus jantan Sprague Dawley umur 2-3 bulan. Sebelumya, semua tikus percobaan diberi karbon tetraklorida dengan dosis 0,1; 1,0 dan 10,0 mililiter per kilogram.
Karbon tetraklorida ini bersifat meracuni hati dan mengakibatkan nekrosis (kerusakan sel) tikus. Hewan percobaan dibagi tiga kelompok, tiap kelompok terdiri dari tiga ekor. Kelompok pertama, tikus yang diberi air suling. Kelompok kedua, tikus yang diberi “Silybum marianum”. Kelompok ketiga, tikus yang diberi ekstrak akar pasak bumi. Perlakuan tikus ini berlangsung selama tiga bulan.
Pada pemberian ekstrak akar pasak bumi dosis 500 miligram per kilogram berat badan tidak mengakibatkan perubahan kadar enzim hati, yakni enzim “Aspartate Transaminase”, enzim “Alanin Aminotransferaz”, dan “Alkalenfosfataz”, protein total, bilirubin total, direk dan indurek.
Gambaran ini menunjukkan secara keseluruhan sel-sel hati tidak mengalami perubahan. Dosis fraksi metanol air akar pasak bumi kemudian dinaikkan menjadi 1.000 mililiter per kilogram berat badan. Pada dosis ini, ekstrak akar pasak bumi menunjukkan aktivitas hepatoprotektor. Hal ini ditandai kadar enzim Aspartate Transaminase dan Alanin Aminotransferaz masih dalam kisaran normal. Selain itu, gambaran histopatologi (jaringan yang terpapar penyakit)-nya sebanding dengan pemberian silymarin.
Silybum marianum (Milk Thistle) adalah jenis tumbuhan sudah dikenal peranannay sebagai hepatoprotektor. Oleh karenanya, dalam penelitian itu Ruqiah menggunakan Silybum marianum sebagai pembanding. Tumbuhan ini dilaporkan mampu melindungi hati dari berbagai jenis racun, parasetamol, alkohol, carbon tetraklorida, D-galaktosamin, radiasi, penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, pengelupasan hati dan virus hepatitis.
Source :Kompas.co.id
http://anekaplanta.wordpress.com/